REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui kemungkinan naiknya sembilan bahan pokok (sembako) jelang perayaan Ramadhan pada awal Juni. Ia sudah mempertimbangkan sejumlah solusi guna menghadapinya.
Pertama, ia ingin mencoba masuk ke pasar gula setelah mampu memasuki pasar beras lewat Tjipinang Food Station. Ia berharap mampu memperoleh gula langsung dari pabrik penggilingan tebunya. Selain itu, ia menargetkan mampu mendatangkan daging sapi dari luar negeri agar harga daging bisa ditekan.
"Kita juga sudah ajukan untuk impor daging beku dari New Zealand (Selandia Baru). Kita utamakan target pemegang KJP (Kartu Jakarta Pintar) 560 ribu masing-masing orang satu bulan satu kilo. Sapi-sapi NTT kita mulai beli yang hamil jangan dipotong memang tahun ini belum terasa tapi beras sudah relatif," katanya kepada wartawan di Balai Kota, Senin (16/5).
Di sisi lain, ia sudah menganggarkan total dana stabilisasi harga sembako mencapai Rp 500 miliar. Khusus untuk daging, ia diminta Presiden Joko Widodo agar harganya bisa sampai di bawah Rp 100 ribu. Adapun para pemegang KJP hanya perlu membayar Rp 35 ribu untuk jatah satu kilo daging sapi.
"Presiden ingin kita menjaga harga sapi di bawah 100 ribu, kalau pemegang KJP 35 ribu per kilo. Nah ini kita harapkan nutrisinya baik, per kapita makan daging bisa 12 kilo per anak per tahun," ujarnya.
Baca juga, Jelang Ramadhan, Harga Sembako di Medan Merangkak Naik.
Ia optimis para pemegang KJP tak akan menyalahgunakan dana yang seharusnya dibelikan sembako. Terlebih, jatah pengguna KJP memperoleh daging sapi murah hanya satu kilo, sehingga tak mungkin bermanfaat banyak jika dijual kembali. "Enggak mungkin jual, karena hanya sekilo (daging) per bulan. masa dia mau jual, kan itu buat anaknya," ucapnya.