Sabtu 14 May 2016 23:49 WIB

Pengamat: Jokowi tak Pilih Caketum Golkar Pilihan Luhut Maupun JK

Joko Widodo
Foto: Antara/Andika Wahyu
Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar. Dalam sambutannya Presiden Jokowi menceritakan bahwa dirinya kerap mendapat pertanyaan terkait kepada siapa dukungannya akan diberikan.

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan bahwa orang-orang disekitarnya seperti Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan dan Wakilnya Jusuf Kalla adalah kader Golkar, jadi wajar jika kedua orang tersebut menjagokan salah satu caketum.

Pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dr Dimas Oky Nugroho menilai, pidato politik Presiden Jokowi sangat baik dan cerdas. Presiden menggunakan 'bahasa tinggi', ia sebenarnya secara implisit namun jelas menyatakan tidak ingin diklaim atau ditarik-tarik dalam konflik politik internal Golkar.

Menurutnya dengan menyatakan dirinya hadir di acara Munaslub Golkar tersebut, ia menunjukkan perhatiannya pada perkembangan Partai Golkar dan sikap politiknya yang otonom.

 

"Presiden Jokowi menyebut Luhut yang dekat dengan Setya Novanto, lalu menyebut pak JK yang kabarnya mendukung Ade Komarudin. Dalam pidatonya jelas Jokowi ingin menegaskan bahwa dirinya tidak mendukung pilihan Luhut dan pilihan JK tapi mungkin punya pandangan sendiri," kata Dimas saat diwawancarai wartawan di Bali, Sabtu (13/5).

Apalagi, lanjutnya, secara jelas Presiden selanjutnya bicara tentang ketidaksukaannya terhadap kegaduhan politik, intrik dan wacana. Presiden menjelaskan program-program pembangunan infrastruktur dan kompetisi global. Jokowi menginginkan sosok ketua umum Partai Golkar yang memahami tentang isu-isu ini.

Menurutnya, Presiden Jokowi dalam pidatonya memang tidak membicarakan pilihan politiknya secara jelas karena itu tidak elok. Sebagai negarawan, Presiden Jokowi memahami hal tersebut. Namun dalam pidatonya tersebut secara implisit mengarah pada salah satu caketum.

"Presiden Jokowi malah membicarakan infrastruktur dan percepatan pembangunan yang artinya Indonesia membutuhkan seorang insinyur. Menarik karena dari deretan caketum Golkar, hanya Airlangga Hartarto yang bergelar insinyur," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement