REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti mengatakan dalam 1,5 tahun terakhir nilai tukar nelayan merangkak naik, dari 102 menjadi 110.
Menurut Susi saat berkunjung ke Pelabuhan Perikanan Inengo, Kabupaten Bone Bolango, hal itu menjadi prestasi luar biasa di kementeriannya karena pada saat yang sama sektor lainnya justru mengalami penurunan.
"Produk Domestik Bruto perikanan tahun 2015 kuartal terakhir tercatat 8,96 persen yang sebelumnya hanya berkisar 6-7 persen. Ini terjadi setelah kami berhentikan kapal-kapal asing mencuri ikan di Indonesia," ungkapnya, Sabtu (14/5).
Menurutnya aturan yang ditetapkan pemerintah dalam perikanan sebenarnya sudah bagus, namun tidak maksimal dalam penegakannya. "Waktu pertama jadi menteri, saya lihat dalam perundang-undangan perikanan kapal ilegal yang nangkap ikan boleh ditenggelamkan. Ini kemudian yang saya pakai untuk membela nelayan kita," ujarnya.
Nelayan lokal, kata dia, kerap mengalami kerugian besar akibat serbuan kapal asing yang melaut di perairan Indonesia. "Kita ini lautnya nomor dua di dunia, tapi mau makan ikan saja susah. Di Jawa orang harus makan ikan jawa, ikan tawes karena enggak ada lagi ikan laut. Kalaupun ada sangat mahal, harus ke Carrefour dan Hero," katanya.
Bahkan, lanjutnya, 115 pabrik eksportir ikan tutup di seluruh Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Sementara dalam sensus, 1,6 juta rumah tangga nelayan telah berkurang menjadi 800 ribu karena menjadi nelayan tidak menarik lagi.
Kunjungan Susi ke Gorontalo selain untuk menyerahkan bantuan kepada kelompok nelayan, juga meninjau langsung kawasan wisata baru hiu paus di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango.