Kamis 12 May 2016 22:25 WIB

BMKG: Monsun Australia Picu Hujan di Musim Kemarau

Seorang petuga BMKG melakukan pemantauan (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Seorang petuga BMKG melakukan pemantauan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kupang menunjukkan terjadi penyimpangan iklim saat ini berupa hujan di musim kemarau akibat monsun Australia lemah.

"Meskipun saat ini NTT dan sekitarnya memasuki musim kamarau, Kota Kupang dan sekitarnya masih diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi akibat melemahnya monsun Australia," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Klimatologi Lasiana BMKG Kupang Fera Adrianita, di Kupang, Kamis (12/5).

Menurut dia, musim saat ini dipengaruhi oleh dua monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. "Pada saat terjadinya musim hujan yang bergerak adalah monsun Asia, sedangkan musim kering yang bergerak ialah monsun Australia. Monsun Australia inilah yang melemah, sehingga musim kemarau terdapat gangguan turunnya hujan," katanya.

Bahkan, katanya, berdasarkan monitoring dinamika atmosfer BMKG menunjukkan bahwa El Nino kuat sudah terjadi sejak bulan Agustus 2015, saat ini berada pada status El Nino Moderate dan diprediksi akan meluruh secara perlahan-lahan menjadi Netral pada bulan April- Mei 2016.

Sementara katanya La Nina diprediksi terjadi pada akhir tahun antara bulan Oktober-Desember 2016 dengan peluang 50 persen.

Pada periode tersebut bertepatan dengan periode awal musim hujan sehingga perlu diwaspadai peluang terjadinya curah hujan tinggi pada saat La Nina berlangsung.

BMKG memprakiraan awal musim kemarau 2016 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan pada bulan Mei dan Juni 2016, sebanyak 283 ZOM (65.8 persen). Paling awal bulan Februari 2016 sebanyak 4 ZOM, dan Paling akhir bulan Oktober 2016 sebanyak 1 ZOM.

Daerah yang telah memasuki musim kemarau sejak bulan Februari 2016 meliputi pesisir timur Sumatera Utara dan Riau (Dumai, Bengkalis, Siak, RoHil dan Meranti).

Daerah-daerah ini memang mempunyai pola musim yang berbeda dengan wilayah Indonesia lainnya, yang memiliki dua puncak musim hujan setiap tahunnya. Pengurangan curah hujan telah terjadi sejak bulan Februari dan diprediksi akan mendapat hujan kembali pada bulan April.

"Daerah yang perlu diwaspadai, yaitu wilayah yang perlu di waspadai Riau bag. Timur, Sumatera Utara bag. Timur, dan Sulawesi Selatan bag. Tengah karena di prediksi Awal Musim Kemarau maju 2-3 Dasarian dengan Sifat Hujan di Bawah Normal.

Untuk curah hujan wilayah Provinsi Riau mengalami curah hujan antara 0-50 mm umumnya terjadi di sebelah utara serta pesisir seperti Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kep. Meranti, serta Siak.

Sementara bagian barat Riau, seperti Rokan Hulu, Kampar, Pekanbaru, Kuansing, Inhu bagian barat serta sebagian besar Indragiri Hilir tidak menunjukkan kondisi `kekurangan` hujan seperti dialami di bagian pesisir timur Riau. Kondisi di pesisir timur Riau semakin mengalami defisit hujan memasuki Feb 2016-Dasarian III.

Jika dibandingkan dengan rata-rata 30 tahunnnya, awal musim kemarau diprakirakan Mundur (49,7 persen) dan Sama (27,5 peren), dan Maju (22,8 persen).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement