REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Deputi Program Pangan Dunia, Dageng Liu mengungkapkan akses air bersih dan sanitasi di masyarakat provinsi NTB baru mencapai 30 persen. Sementara sisanya belum. Akses air bersih dan sanitasi yang rendah berdampak pada kekurangan gizi kronis.
"Akses air bersih dan sanitasi masyarakat baru mencapai 30 persen. Rendahnya itu akan berdampak kepada kekurangan gizi kronis," ujarnya di Kota Mataram, Rabu (11/5).
Menurutnya, permasalahan lain yang tengah dihadapi di NTB adalah masih adanya wanita yang buta huruf dan balita terlahir pendek. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kerentanan dan kerawanan pangan.
Ia menuturkan, saat ini di NTB terdapat 6 kecamatan yang rawan pangan. Namun, kondisi tersebut tidak lantas membuat keenam kecamatan tersebut berasa dalam skala prioritas satu hingga keenam.
"Terdapat masalah ketahanan pangan dan gizi yaitu kekurangan gizi," ujarnya.
Wakil Gubernur NTB, Muhammad Amin mengungkapkan yang harus menjadi perhatian dalam pembangunan ketahanan pangan dan gizi di NTB adalah meningkatkan akses ekonomi dan distribusi pangan yang selama ini belum merata.
"Baik melalui program pengurangan kemiskinan, mengurangi angka perempuan buta huruf, akselerasi intervensi untuk pencegahan kekurangan gizi khususnya gizi kronis (stunting), meningkatkan diversifikasi pangan masyarakat, meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi," katanya.