REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan PDIP melakukan komunikasi dan dialog dengan berbagai pihak, termasuk Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah untuk menjaring calon gubernur DKI Jakarta.
"Dialog-dialog secara instens terus kami lakukan, termasuk dengan NU dan Muhammadiyah. Karena kita tahu mereka merupakan organisasi yang berkeringat membentuk negeri ini bersama PDIP," kata kata Hasto Kristiyanto seusai membuka Rapat Kerja DPD PDIP se-Nusa Tenggara Barat di Mataram, Selasa.
Ia menjelaskan, dalam menjaring calon pemimpin, terlebih lagi DKI Jakarta, PDIP sangat terbuka menerima masukan dari siapapun baik dari partai politik (parpol) maupun organisasi lain, seperti NU dan Muhammadiyah. Hal ini dilakukan untuk mencari pemimpin atau kepala daerah yang bagus.
"Kami sangat menerima masukan dari organisasi keagamaan terbesar itu," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, PDIP menghadapi pilkada DKI, pihaknya menggunakan sistem "jemput bola".
Sementara itu ditanya peluang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Hasto mengakui masih terbuka ruang bagi Tri Rismaharini untuk bisa diusung menjadi calon Gubernur DKI Jakarta menantang pejawat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Ibu kota sebagai kebangaan kita. Tentu saja PDIP akan membuka diri terhadap hadirnya pemimpin terbaik utuk membangun DKI. Tentu saja setiap pemimpin yang memiliki karakter karena keberpihakan kepada 'wong cilik'," katanya.
Namun demikian, meski berpeluang untuk dicalonkan menjadi cagub DKI, keputusan akhir ada pada Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.