REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Petani Kabupaten Lebak, Banten, diminta mengembangkan teknologi hazton pada tanaman padi guna mendukung swasembada beras juga peningkatan pendapatan masyarakat di daerah itu.
"Kelebihan teknologi hazton produktivitas rata-rata 9,0 ton gabah kering pungut (GKP) per hektare," kata Kepala Bidang Penyuluh Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Lebak, Wismaryoto saat dihubungi di Lebak, Ahad (8/5).
Saat ini, petani Kabupaten Lebak sudah berhasil mengembangkan metode teknologi hazton, diantaranya Kelompok Tani Suka Bungah, Kecamatan Cibadak.
Produktivitas rata-rata 8,5 ton gabah kering pungut (GKP) per hektare. Penerapan teknologi hazton itu bisa dikembangkan di 28 kecamatan untuk mendukung swasembada beras.
Selain itu juga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi petani sehingga kehidupan mereka menjadi lebih baik dan sejahtera.
Untuk mempersiapkan pengembangan metode hazton, kata dia, seluruh penyuluh mengikuti bintek tematik secara bertahap agar pengetahuan mereka meningkat.
"Kami minta tenaga penyuluh dapat mengubah perilaku sikap keterampilan (PSK) para petani dengan penerapan metode teknologi hazton itu," jelasnya.
Menurut dia, kelebihan metode hazton yakni menanam satu rumpun dengan induknya dan tidak beranak tangkai lagi, sehingga buah biji padi cukup banyak.
Keunggulan lainnya, ujar dia, bisa mengatasi hama serangan keong emas, terlebih wilayah Lebak rawan hama keong emas.
Selain itu juga teknologi metode hazton bisa mengurangi biaya "ngoyos" atau perawatan tanaman padi yang semestinya lima sampai enam kali.
Namun, metode hazton hanya dua kali perawatan tanaman padi hingga panen. Karena itu, pihaknya tahun 2016 seluruh petani di Kabupaten Lebak menerapkan teknologi hazton.
"Kami optimistis metode hazton dapat mendongkrak produksi pangan sehingga terealisasi swasembada beras," katanya.
Ketua Kelompok Tani Suka Bungah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Ruhyana mengatakan petani di sini kini mengembangkan teknologi hazton kedua kali.
Sebab, pengembangan metode hazton tahap pertama dinilai berhasil hingga produktivitas gabah kering mencapai 8,5 ton/hektare.
Karena itu, pada musim tanam pertama 2016 tetap menerapkan metode hazton karena cukup menguntungkan pendapatan ekonomi petani.
"Saya kira dengan produksi 9,0 ton GKP diperkirakan petani mendapat keuntungan sekitar Rp25 juta per hektare," kata
Ruhyana saat ditemui dikediamannya di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.