Kamis 05 May 2016 06:37 WIB

Zakat dan Peace Building: Suara untuk Aleppo Suriah

Red: M Akbar
Pembuatan sumur untuk minum oleh RZ di wilayah Suriah
Foto: istimewa
Pembuatan sumur untuk minum oleh RZ di wilayah Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Efendi, CEO Rumah Zakat (RZ), Ketua Forum Zakat

Kota itu terletak di dataran pada ketinggian sekitar 400 meter. Daerah itu salah satu yang paling subur di Suriah. Ladang gandum dan kebun buah-buahan terhampar luas di selatan dataran kota. Sungai Quwayq mengalir di tengahnya, meskipun terkadang menjadi kering di kota. Kota ini adalah Aleppo.

Aleppo merupakan kota terbesar di Suriah. Letaknya sekitar 100 kilometer baik dari Laut Mediterania (di barat) maupun dari Sungai Efrat (di timur). Perbatasan Suriah dengan Turki terletak sekitar 48 kilometer di utara.

Aleppo adalah sebuah kota kuno. Usianya yang tepat tidak diketahui, tetapi diperkirakan termasuk di antara kota-kota tertua di dunia yang masih berdiri. Reruntuhan sebuah kuil penting yang digali di Aleppo berasal dari milenium ke-3 SM. Kota ini kemudian berada di bawah kendali serangkaian kerajaan, termasuk bangsa Het dan Asyur.

Aleppo memainkan peran historis signifikan karena posisinya di rute perdagangan penting terkemuka dari Eropa ke Asia. Pada awal abad ke-6 sampai 4 SM, kota ini adalah titik kunci pada rute kafilah kuno yang menghubungkan tanah Mediterania ke Timur.

Saksi sejarah itu kini hancur berantakan. Dia bukan lagi situs historis. Kini, Aleppo menjelma menjadi situs peperangan. Darah tertumpah, tangis anak kehilangan orantua, pengungsi ribuan menyeruak ke negara-negara penerima suaka dari Suriah.

Dunia menangisi Aleppo. Di titik ini, saya merenungi tentang peran zakat untuk perjuangan kemanusiaan dan perdamaian. Zakat bisa menjadi conflict resolution.

Konflik yang telah terjadi di Suriah merupakan cerminan dari adanya gesekan akibat perbedaan pendapat antara aktor-aktor yang terlibat sengketa. Aktor-aktor ini dapat berupa negara dengan negara atau negara dengan beberapa kelompok yang menginginkan pemikirannya untuk didengar dan diprioritaskan.

Saya tidak akan mendetailkan analisis tentang aktor yang terlibat sengketa di Suriah. Sungguh, begitu banyak versi dan saling sengkarut dalam konflik di Suriah ini. Dalam tulisan ini, saya memfokuskan pada perdamaian dan bagaimana gerakan zakat internasional berperan maksimal.

Meski konflik dapat diakhiri, namun seringkali penyelesaian konflik tersebut masih menghasilkan negative peace. Negative peace ini suatu keadaan dimana perdamaian belum benar-benar tercapai.

Di dalamnya masih terdapat beberapa potensi konflik yang dapat timbul dan memunculkan konflik baru yang akan memiliki dampak lebih besar dan berkepanjangan dibandingkan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu adanya serangkaian resolusi konflik untuk merubah negative peace menjadi positive peace.

Menurut para ahli, ada empat pendekatan yang dapat digunakan untuk mencapai adanya positive peace pada sebuah konflik. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah peace keeping, peace making, peace building, dan peace settlement.

Pada dasarnya dalam resolusi konflik, tiga pendekatan utama yakni peace keeping, peace making serta peace building merupakan pendekatan yang seringkali disebut sebagai segitiga perdamaian. Hal ini dikarenakan ketiganya merupakan pendekatan yang benar-benar berfokus pada usaha menyelesaikan konflik yang tengah terjadi di wilayah bersengketa.

Dalam pelaksanaan resolusi konflik melalui pendekatan ini banyak pihak yang ikut berperan di dalamnya, sehingga diharapkan penyelesaian konflik dapat segera terselesaikan dengan cara-cara yang efisien dan efektif.

Pendekatan yang pertama yakni peace keeping yaitu mengupayakan intervensi militer pada wilayah konflik, intervensi militer ini bisa berupa intervensi kemanusiaan yang juga bertujuan untuk mengurangi dampak perang terutama yang telah menjatuhkan banyak korban.

Di model pertama ini, gerakan zakat bisa terlibat bersama intervensi internasional. Pasukan perdamaian bersama pejuang kemanusiaan membuat skema bersama di wilayah konflik. Para pegiat zakat yang membawa bantuan akan lebih aman bersama pasukan perdamaian internasional.

Lembaga amil zakat (LAZ) dan lembaga kemanusiaan sudah memulai inisiatif ini. Misal Rumah Zakat (RZ) bersinergi dg NGO Internasional menunaikan amanah bantuan dari donatur dan mitra Rumah Zakat didistribusikan berupa program infrastruktur air bersih dan operasional Rumah Sakit untuk sejumlah titik pegungsian di Suriah.

Bentuk kedua, peace making, yaitu pendekatan lanjutan dengan menggunakan mediasi dan negoisasi yang tertuang dalam perjanjian-perjanjian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tengah bersengketa.

Selain itu, untuk menghindari adanya kebuntuan dalam proses mediasi dan negoisasi, maka pihak yang bersengketa dapat menggunakan jasa pihak ketiga sebagai mediator dalam perundingan yang tengah dilakukan.

Peran strategis gerakan zakat internasional adalah bisa menjadi mediator. Pihak yang mendorong proses perdamaian secara maksimal. Mungkin dalam konteks Suriah masih jauh panggang dari api, namun di wilayah konflik lain, elemen gerakan zakat bisa terlibat. Misalnya di Thailand selatan, Filipina atau Rohingya.

Pendekatan terakhir yang masuk dalam segitiga perdamaian adalah peace building. Peace building memiliki pengertian proses implementasi perubahan atau rekonstruksi sosial, politik dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang langgeng.

Dapat pula diartikan sebagai sebuah upaya berupa bantuan eksternal internasional yang ditujukan untuk menyembuhkan trauma usai perang dan meminimalisir adanya kemungkinan-kemungkinan terjadinya kekerasan melalui pembangunan kembali aspek-aspek sosial, budaya dan ekonomi negara yang  berkonflik.

Di sinilah entitas zakat berperan maksimal. Bukan hanya pembentukan shelter pengungsi, namun juga skema penguatan ekonomi untuk keberdayaan, juga pendidikan untuk anak-anak pengungsi. Berbagai model pemberdayaan bisa diujicobakan dalam skema peace building ini.

Pendekatan peace building lebih mengarah pada bagaimana perdamaian secara berkelanjutan dapat dibentuk sehingga positive peace dapat benar-benar diperoleh oleh sebuah negara usai berkonflik.

Ketika semua segitiga perdamaian dapat berjalan dengan baik, maka peace settlement merupakan langkah akhir untuk mengembangkan kerjasama di antara kedua belah pihak yang sebelumnya berkonflik. Pendekatan peace settlement juga merupakan upaya penyelesaian konflik secara damai dan terlembaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement