Rabu 04 May 2016 02:15 WIB

Soal Bullying di SMAN 3, Ini Langkah Retno Saat Masih Jabat Kepsek

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bilal Ramadhan
Retno Listyarti
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Retno Listyarti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Sekolah SMAN 3 Jakarta, Retno Listyarti, tidak terkejut dengan kasus kekerasan yang kembali terulang di sekolah tersebut. Menurut dia, budaya kekerasan di sekolah tersebut sudah akut.

"Diperlukan upaya dan cara-cara tersistematis, terencana dan berkelanjutan untuk memutus mata rantai kekerasan demi mewujudkan sekolah aman dan nyaman bagi peserta didik,” ujar guru yang juga menjabat sebagai Sekretaris Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) ini saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (3/5).

Retno mengatakan SMAN 3 Jakarta seharusnya membangun program “Antikekerasan” yang melibatkan seluruh stakeholder di sekolah, mulai dari siswa, guru, orangtua, alumni, dan pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

"Dulu saat memimpin SMAN 3 Jakarta, saya melakukan langkah awal dengan membuat pemetaan masalah selama hampir dua bulan untuk memahami akar masalah budaya kekerasannya," kata dia.

Pola, bentuk, modus, korban, pelaku dan penanganan selama ini disisir dan dipelajari. Data-data dikumpulkan melalui metode observasi dan wawancara ke berbagai pihak. Setelah pemetaan, Retno dan tim mengawali program dengan beberapa langkah.

Pertama, membuat sistem pengaduan yang melindungi korban dan saksi. Pengaduan pun langsung ditindaklanjuti. Kedua, menyelenggarakan kelas-kelas parenting untuk orangtua dan guru.

"Orangtua dan guru harus memiliki persepsi yang sama terhadap bahaya bullying sehingga bisa bersinergi untuk mengatasi bullying di sekolah," ujarnya.

Kelas parenting juga bertujuan untuk mendekatkan orangtua dengan sekolah agar bisa bahu membahu menciptakan sekolah yang aman dan nyaman bagi anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement