Selasa 03 May 2016 13:05 WIB

JK Ajak Masyarakat Hemat Air

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Air
Air

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengajak masyarakat untuk menghemat air. Efisiensi air diperlukan lantaran sumber daya air saat ini juga telah berkurang akibat rusaknya hutan dan lingkungan, sementara kebutuhan air semakin tinggi.

Meskipun 75 persen dunia terdiri dari lautan, namun hanya terdapat 0,003 persen air yang dapat dikonsumsi. Sehingga, kata JK, air selalu mengalami keterbatasan.

"Pada saat yang sama, akibat kebutuhan lahan yang makin tinggi juga lingkungan rusak, hutan rusak, sumber air jadi rusak sehingga sumber airnya menjadi berkurang maka terjadilah krisis air di banyak bagian dunia ini," kata JK saat membuka pameran IWWEF Watertech di JCC, Jakarta, Selasa (3/5).

JK mencontohkan, krisis air yang terjadi di India. Sekitar 25 persen penduduk India atau sekitar 300 juta orang pun mengalami krisis air. Sedangkan di Indonesia juga telah mengalami kekurangan sumber air, sebab sekitar 50 juta hutan tercatat telah berkurang dalam kurun waktu 50 tahun. Sebab itu, ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama menghemat dan mengatur penggunaan air dengan baik. JK kembali mencontohkan penggunaan air bersih untuk mandi dan mencuci di setiap rumah tangga.

"Kalau golongan menengah, kebutuhan airnya bisa dihitung kurang lebihnya, untuk kebutuhan mandinya kurang lebih 33 persen, kemudian 28 persen atau hampir 30 persen air itu habis untuk toilet. Begitu anda pencet setiap hari, habis juga 2-3 liter. Kemudian baru mesin cuci menghabiskan 18 persen," jelas JK.

Penggunaan tehnologi untuk menghemat air pun juga perlu dilakukan. JK pun kemudian mencontohkan penggunaan shower air yang hanya membutuhkan sekitar 12 liter dalam sekali mandi dibandingkan dengan tanpa menggunakan shower, yang membutuhkan 18 liter air.

Kendati demikian, ia juga meminta agar operator air dapat mengendalikan serta meningkatkan kualitas air yang disalurkan. Penghematan air, lanjut JK, juga dapat memberikan efek positif lainnya, seperti mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga.

Di depan para anggota Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi), JK pun meminta agar biaya dan pelayanan kebutuhan air haruslah merata di masyarakat. Menurut dia, harga air di kalangan masyarakat pun bervariasi. Bagi masyarakat yang kurang mampu, mereka hanya membutuhkan air sekitar 10-15 kubik per hari dengan harga Rp 2.500 per kubik.

"Berarti yang dibayar masyarakat yang kurang mampu itu yang mempunyai pipa itu sekitar 25 ribu," kata JK.

Sedangkan, masyarakat yang tidak memiliki saluran air pipa harus membayar air sekitar Rp 40 ribu per kalengnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement