Selasa 03 May 2016 09:23 WIB

Ketua: KPAI takkan Takluk dengan Penjahat Perlindungan Anak

Ketua KPAI Asrorum Niam Sholeh saat memaparkan refleksi akhir tahun KPAI di kantor KPAI, Jakarta, Rabu (30/12).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua KPAI Asrorum Niam Sholeh saat memaparkan refleksi akhir tahun KPAI di kantor KPAI, Jakarta, Rabu (30/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni'am Sholeh mengatakan peretasan situs resmi kpai.go.id, Ahad (1/5), tidak menyurutkan upaya perlindungan anak dan lembaga nonkementerian ini tidak akan takluk dari penjahat bagi anak.

"KPAI tidak akan takluk dengan penjahat perlindungan anak. Tim KPAI langsung mengambil langkah untuk perbaikan dan peningkatan keamanan situs. KPAI sudah menjalin kontak dengan Menkominfo," kata Ni'am.

KPAI, lanjutnya, juga sedang mempertimbangkan untuk melaporkan peretasan ke Mabes Polri guna penegakan hukum. Peretasan situs, kata dia, disayangkan karena ada indikasi munculnya pihak-pihak yang tidak senang dengan penyelenggaraan perlindungan anak di Tanah Air.

Laman daring merupakan bagian tidak terpisahkan dari entitas organisasi. Ketika terjadi upaya peretasan, menurut dia, sesungguhnya hal itu menjadi ancaman bagi KPAI sebagai organisasi negara dan masyarakat umum sebagai pihak yang memiliki hak untuk mendapatkan informasi.

Ketika laman KPAI diretas, lanjut dia, informasi yang terpampang di dalamnya hilang dan ini tentu merugikan organisasi, bahkan negara. Tentu hal ini juga merugikan masyarakat yang memiliki kepentingan dengan KPAI.

Menurut Ni'am, peretasan itu terjadi di tengah rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang akan memblokir 15 "game online" yang dianggap mengancam anak-anak.

Rencana itu, kata dia, tentu mendapat dukungan dan sambutan positif dari KPAI karena pada kenyataannya permainan daring memiliki hubungan kuat dengan kasus kekerasan anak.

"Ada bahaya berat bagi anak dari kebiasaan memainkan permainan daring. Mengutip pendapat Profesor Akio Mori dari Tokyo's Nihon University, 'game online' memberi dampak negatif pada aktivitas dan perkembangan otak anak," katanya.

Dampak permainan daring dalam jangka panjang, kata dia, prestasi belajar anak yang terhambat, bahkan tidak bisa dicapai sesuai dengan target pendidikan. Ancaman yang paling besar bagi mereka adalah terpuruk dalam hal pendidikan.

Kecanduan "game online", kata dia, akan membuat anak sulit lepas dari pengaruhnya. Anak yang telah menjadi pecandu permainan daring dapat mengalami kerugian yang sangat nyata.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement