Rabu 27 Apr 2016 18:20 WIB

Pengangguran Intelektual Hambatan Hadapi MEA

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sarjana. Ilustrasi
Foto: ssu-usa.org
Sarjana. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Lulusan perguruan tinggi (PT) masih dihadapkan pada persoalan akses pekerjaan yang belum sebanding dengan jumlah sarjana baru. Akibatnya jumlah pengangguran intelektual tiap tahun terus bertambah di negeri ini.

 

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang Prof Dr H Muhibbin mengatakan, bertambahnya pengangguran intelektual akan menjadi persoalan besar bagi bangsa ini.

 

Terlebih jika dihadapkan pada berlakunya kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). “Tingkat persaingan SDM akan semakin ketat dan ini akan menjadi tantangan bangsa ke depan,” katanya, pada Sarasehan Peluang dan Tantangan Alumni UIN Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), di Auditorium kampus III UIN Walisongo, Rabu (27/4).

 

Menurut Muhibbin, peningkatan kapasitas lulusan menjadi sangat penting untuk menjawab tantangan MEA ini. Sehingga para lulusan PT menjadi SDM professional yang mampu bersaing dalam era MEA.

 

Ia juga mengakui, sebagian besar lulusan UIN Walisongo telah memiliki pekerjaan, meski beberapa di antaranya bukan merupakan pekerjaan formal. “Alhamdulillah, kalau menjadi pengajar di madrasah dan pesantren lulusan UIN Walisongo sudah banyak,” tegasnya.

 

Namun, kata rektor, tentunya bukan capaian ini saja yang diharapkan. Jika memang terbuka kesempatan yang lebih besar untuk menjadi tenaga profesional dan mampu mengakses pekerjaan formal tidak ada salahnya lulusan PT Islam Negeri ini meningkatkan kompetensi dan kemampuan diri.

 

Oleh karena itu, sarasehan ini sangat strategis untuk membuka cakrawala pandang para alumni, saling berbagi pengalaman dan pemikirannya. “Karena bukan hanya pengajar pesantren, lulusan UIN Walisongo yang menjadi Dirjen, Menteri serta bupati di Lampung Timur,” tegasnya.

     

Terpisah, Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Perguruan Tinggi (PNF PT) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Dra Endang Purnomo Retno MM mengatakan, menghadapi tantangan MEA, masyarakat dan seluruh elemen SDM di Jawa Tengah harus berbenah.

 

Menurutnya, ada beberapa konsekuensi dengan berlakunya kesepakatan MEA ini. Di antaranya, barang dan jasa akan mudah masuk leluasa antar negara Asean.

 

Meski terbuka peluang industri Indonesia ekspor ke  negara Asean, tapi pasar domestik juga tak lupt dari serbuan produk luar, terutama asal negara- Negara Asean. Selain itu, kegiatan investasi yang berkembang pesat butuh modal bahan baku dan tenaga kerja terampil.

 

Hal ini menghadirkan konsekuensi terbukanya aliran SDM lintas negara Asean. “Karena kebutuhan tenaga kerja terampil. Di satu sisi Indonesia tidak bisa membatasi masuknya tenaga kerja asing dari daratan Asean tersebut.

 

“Oleh karena itu pengembangan kompetensi SDM domestik harus dilakukan lebih terukur untuk menjadi tenaga kerja berdaya saing dan kompetitif,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement