Rabu 27 Apr 2016 16:55 WIB

Serapan Bulog Cirebon Masih Minim

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Pekerja membawa beras karungan di salah satu gudang, Jakarta, Senin (11/4).   (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pekerja membawa beras karungan di salah satu gudang, Jakarta, Senin (11/4). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Memasuki akhir April, pengadaan yang dilakukan Badan Usaha Logistik (Bulog) Cirebon masih minim. Petani pun meminta agar Bulog memaksimalkan penyerapan beras medium untuk mengatasi mahalnya harga gabah.

Kepala Sub Divisi Bulog Cirebon Sumarna menyebutkan, realisasi pengadaan per 25 April 2016 lalu baru sekitar 42.488 ton setara beras atau 24 persen dari target. Adapun target prognosa yang ditetapkan kepada Bulog Cirebon tahun ini sebesar 140 ribu ton setara beras.

“Tapi, kami optimistis pengadaan bisa mencapai 100 persen, bahkan lebih,” kata Sumarna (27/4).

Sumarna mengatakan sudah melakukan kontrak dengan mitra kerja sebesar 45.054 ton. Nilai kontrak itu setara dengan 25 persen dari target.  

Selain itu, lanjut Sumarna, dari 95 mitra kerja, baru setengahnya yang aktif. Apalagi, luas areal yang panen pun masih sedikit. Tak hanya itu, ada pula empat satuan kerja (satker) yang terus turun ke lapangan untuk menyerap gabah dan beras dari petani.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar mengakui, saat ini harga gabah di lapangan masih lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP), yakni berkisar Rp 3.900 per kg. Sedangkan, HPP hanya Rp 3.700 per kg.

“Ini sangat menguntungkan petani,” tutur Tasrip. 

Tasrip menilai, untuk meningkatkan serapan, Bulog harus lebih banyak menyerap beras medium dibandingkan gabah. Dengan HPP beras senilai Rp 7.300 per kg, maka penyerapan beras akan lebih mudah dibandingkan penyerapan gabah. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement