REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB) bakal menetapkan status tanggap darurat menyusul adanya jembatan yang terputus di dua kecamatan, Sindangkerta dan Cililin, beberapa waktu lalu. Tanggap darurat ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitaran sungai.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD KBB Dicky Maulana menuturkan, pihaknya telah mengajukan surat pernyataan soal tanggap darurat banjir bandang di wilayah KBB, terutama di Cililin dan Sindangkerta. “Sudah kita ajukan, masih dalam proses. Kita menunggu masih keputusan dari bupati,” kata dia, Selasa (26/4).
Hingga kini, potensi bencana banjir bandang susulan masih ada, sehingga butuh penanganan dan bantuan dana khususnya dari Dana Tak Terduga. Dengan begitu, titik-titik yang berpotensi terjadi bencana susulan dapat segera teratasi.
Sepekan lalu, Rabu (20/4), tiga jembatan di dua kecamatan di KBB roboh karena bencana banjir bandang. Jembatan pertama berada di antara Kampung Pasir Eurih dan Kampung Cisamaya di Desa Wangunsari, Sindangkerta.
Jembatan kedua yang roboh ada di Kampung Bonceret, Desa Rancapanggung, Cililin. Jembatan ketiga roboh di hari yang sama, terletak Kampung Nangewer, Desa Cikadu, Sindangkerta.
Dicky melanjutkan, jika surat keputusan tentang tanggap darurat itu sudah dikeluarkan bupati, BPBD KBB bakal langsung berkoordinasi dengan dinas terkait. Namun, untuk saat ini, warga sudah melakukan penanganan sementara. Misalnya, di titik jembatan yang roboh di Desa Wangunsari, sudah dibikin jembatan sementara yang terbuat dari rakit.
“Ketika hujan deras kembali mengguyur, kami imbau agar warga tidak melintasi jembatan itu untuk sementara, karena khawatir akan terkena imbas banjir bandang,” kata dia.