Senin 25 Apr 2016 09:57 WIB

'Lebih Penting Kurangi Sampah Daripada Daur Ulang'

Sariban (73) memunguti sampah yang dibuang warga di sela CFD Dago, Kota Bandung (Foto: Yogi Ardhi/Republika)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Sariban (73) memunguti sampah yang dibuang warga di sela CFD Dago, Kota Bandung (Foto: Yogi Ardhi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Komunikasi dan Advokasi World Wildlife Fund (WWF) Indonesia Nyoman Iswarayoga mengatakan mengurangi sampah lebih penting daripada mendaur ulang atau menggunakan kembali barang bekas. "Sampai saat ini masyarakat masih akrab dengan 3R, yaitu reuse, reduce dan recycle. Sebenarnya, yang paling penting adalah reduce atau mengurangi sampah," kata Nyoman di Jakarta, Senin (25/4).

Nyoman mengatakan mengurangi sampah penting dilakukan agar tumpukan sampah di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) tidak semakin menggunung. Meskipun didaur ulang atau digunakan kembali, pada dasarnya barang-barang bekas tidak menghilangkan sampah yang diproduksi. Barang daur ulang bila tidak digunakan bisa kembali menjadi sampah.

"Daur ulang sampah sudah menjadi industri rumahan. Jangan sampai sampah justru menjadi bahan baku, sehingga kemudian mereka mencari-cari sampah. Kalau seperti itu, pengurangan sampah tidak berjalan," tuturnya.

Menurut Nyoman, mengubah perilaku masyarakat dalam memilah dan mengolah sampah memerlukan waktu yang tidak singkat. Perlu edukasi dan sosialisasi terus menerus agar itu menjadi kebiasaan masyarakat.

Contoh yang paling mudah adalah masyarakat Indonesia yang masih asal membuang sampah di tempat sampah tanpa melihat mana tempat sampah organik dan anorganik. Apalagi masih ada yang berperilaku membuang sampah di sembarang tempat.

"Di negara maju, itu berlangsung puluhan tahun. Di Jepang misalnya, kini masyarakatnya sudah terbiasa memisahkan botol minuman dari label dan tutupnya kemudian membuang di tempat sampah masing-masing yang sesuai," katanya. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement