Jumat 22 Apr 2016 07:54 WIB

Petani Enggan Tanam Tebu Lagi

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Ani Nursalikah
Tanaman tebu
Foto: Syaiful Arif/Antara
Tanaman tebu

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Target panen gula 2016  di Kabupaten Boyolali bakal tidak tercapai. Ini dikarenakan lahan tebu di sana menyusut. Petani sudah tidak tertarik bercocok tanam tebu karena tidak menguntungkan bila dibanding dengan tenaga perawatan dan mengolah lahan.

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan  (Dispertanbunhut) Bambang Purwadi melalui Kepala Bidang produksi Perkebunan, Widodo Jumat (22/4), yakin target panen gula tidak tercapai.

Widodo yakin, panen tebu 2.106.000 kg yang akan dipanen sekitar Mei-Juni 2016 mendatang bakal tidak tercapai karena luasan tebu menyempit.

''Luas lahan tebu untuk masa panen 2016 yang ditanam pertengahan 2015, menurun sekitar 10 persen dari luasan lahan panen 2015 dimana luasan lahan tebu 2015 438.440 Ha. Jadi, luasan lahan panen tebu pada Mei-Juni 2016 mendatang hanya 394.596 Ha.

Dulu, perbandingan lahan tebu antara tanah pertanian dan tegalan 70 berbanding 30, dimana 70 persen lahan pertanian irigasi teknis ditanami tebu, dan 30 persen ditanam di daerah tegalan atau tadah hujan. Namun, sekarang sebaliknya, 70 persen ditanam di lahan tegalan, dan 30 persen ditanam di lahan irigasi teknis.

Luasan lahan tebu di Kabupaten Boyolali paling banyak di wilayah Boyolali Utara. Seperti, wilayah Kecamatan Wono Segoro, Andong, Kemusu, Klego, Simo, Nogosari serta wilayah lain kecamatan Boyolali bagian Utara.

Menurun luas lahan tebu di Kabupaten Boyolali ini, dikarenakan petani tebu banyak beralih ke tanaman selain tebu, seperti, singkong, jagung dan padi. Hal ini dilakukan petani akibat hasil panen tebu kurang menguntungkan. Ini karena harga tidak sesuai dengan proses perawatan menanam tebu.

Bahkan, pada 2014 lalu, lanjut Widodo, harga pembelian gula oleh Pabrik Gula (PG) dibawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Pada 2014 lalu, HPP gula Rp 8.500 per kg. Namun, kenyataan pabrik gula hanya membeli Rp 8.000 per kg.

Isu adanya gula impor dari negara lain, ini juga mengakibatkan menurun minat petani untuk menanam tebu karena dipastikan harga hancur atau menurun drastis. Apalagi, petani di daerah irigasi teknis, seperti di wilayah pertanian Kecamatan Sawit dan Banyudono yang sebenarnya cocok untuk tanaman tebu banyak beralih ke tanaman padi, sebagian holtikultura, dengan alasan hasilnya lebih menguntungkan.

Sementara tata cara budidaya tanaman tebu di Boyolali dilakukan secara mandiri, dimana petani menanam lahan di lahannya sendiri, atau menyewa lahan untuk dijual ke pabrik gula. Hasil panen tebu diposes dan dijual ke pabrik, seperti ke PG Tasik Madu, Karanganyar, PG Gondang Baru, Klaten dan sebagian ke PG Madu Kismo di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sementara, jenis tanaman tebu yang banyak ditanam petani merupakan henis Bulu Lawang (BL), karena jenis tanaman tebu ini tahan kekurangan air. Sehingga sangat cocok di tanam di lahan Boyolali Utara.

 

   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement