Kamis 21 Apr 2016 20:16 WIB

Gus Sholah: NU Jangan Jadi Bagian Parpol

Red: Ilham
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid alias Gus Sholah.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid alias Gus Sholah.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) mengingatkan, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bagian dari masyarakat sipil jangan dibiarkan menjadi bagian dari partai politik. Apalagi sampai dikendalikan parpol.

"Kualitas NU saat ini menurun, karena NU telah menjadi bagian dari partai. Itu tidak bisa kita biarkan, sebab NU itu civil society yang posisinya di atas partai. Saya terpaksa bicara, yang sekarang ini dikendalikan oleh partai," ujarnya saat menerima kunjungan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Tebuireng, Kamis (21/4). Rombongan yang dipimpin oleh Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH. M. Ridwan Nasir berziarah ke makam para pendiri NU di Jombang dalam rangka peringatan Hari Lahir ke-93 NU.

Gus Sholah juga mengajak rombongan PWNU Jatim untuk berdoa, agar organisasi NU ke depan bisa lebih baik. "Tidak hanya besar, tapi juga kuat, karena NU saat ini bukan yang terkuat," tuturnya. Salah seorang cucu pendiri NU itu menuturkan, keberadaan NU harus dilihat secara utuh dari tiga aspek, yakni ajaran, pesantren, dan jamaah.

NU sebagai ajaran tertuang dalam kitab Hadlratus Syaikh KH M. Hasyim Asy'ari, sedangkan NU adalah pesantren dan ulama. Selain itu, NU adalah warga atau jamaah. "Menurut penafsiran saya, organisasi NU didirikan untuk melayani tiga aspek itu. Jadi, organisasi NU berfungsi untuk menyebarkan ajaran, membantu pesantren dan ulama, dan menyejahterakan jamaahnya," ungkapnya.

Namun, NU selama ini dilihat banyak kalangan hanya sebagai organisasi, padahal seharusnya lebih luas dari itu. "Mudah-mudahan ke depannya NU bisa sesuai dengan tujuan didirikannya," katanya.

Gus Sholah menambahkan, peran NU baru mendunia sejak periode Gus Dur. Pada era 1960-an, setelah bubarnya Masyumi, NU memang berperan penting dalam dinamika kehidupan bangsa dan negara, tapi peran itu tidak pernah dilihat oleh ilmuwan dari luar negeri.

"Ben Anderson adalah ilmuwan luar negeri yang pertama menulis tentang peran NU. Saat itu, Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU dan sering diundang kemana-mana, sehingga NU mulai dilihat oleh ilmuwan luar negeri. Nah, ke depannya, kita harus betul-betul menjaga warisan yang ada ini," pesannya kepada para pengurus PWNU Jatim.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement