Kamis 21 Apr 2016 15:31 WIB

Kemiskinan Pemicu Utama Gizi Buruk

Rep: christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Kemiskinan
Foto: Edwin/Republika
Kemiskinan

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kemiskinan menjadi faktor utama meningkatnya balita penderita gizi buruk. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Malang, sebesar 65,17 persen penyebab gizi buruk adalah kemiskinan. Selebihnya karena faktor berat badan lahir kurang (BBLR), penyakit, dan rendahnya pengetahuan orang tua mengenai gizi anak.

Kepala Seksi Gizi Dinkes Kota Malang Tomi Sukarno menjelaskan sepanjang 2015 pihaknya mencatat ada 333 kasus gizi di Kota Malang. Sebanyak 100 kasus di antaranya adalah gizi buruk dan sisanya kasus gizi kurang.

"Tidak seluruhnya warga asli Kota Malang, tetapi berdasarkan definisi BPS warga yang menetap minimal enam bulan di sini sudah dihitung sebagai warga Kota Malang," jelasnya saat ditemui pada Kamis (21/4) di Malang.

Pada triwulan pertama 2016, Dinkes mencatat ada 28 kasus balita gizi buruk. Temuan ini didasarkan atas pemeriksaan balita di puskesmas dan program pelacakan gizi. Dalam pelacakan gizi, petugas menyisir seantero wilayah Kota Malang sehingga keluarga yang tidak pernah memeriksakan balitanya di Puskesmas atau Posyandu juga dapat terdeteksi.

Tomi menuturkan PHK dan penggusuran pedagang kaki lima juga membawa dampak bagi kesehatan anak. "Orang tua yang tidak berpenghasilan otomatis tidak mampu menyediakan makanan yang bergizi bagi balitanya," ungkapnya.

Pandanwangi adalah kecamatan terbanyak yang menyumbang penderita gizi buruk dengan enam balita. Selanjutnya adalah Kecamatan Janti dimana ditemukan empat balita penderita kasus gizi buruk. Tomi menjelaskan sejak 2011 Dinkes sudah menunjuk lima puskesmas sebagai Pusat Pemulihan Gizi, di antaranya Puskesmas Dinoyo, Kendalsari, dan Kedungkandang.

Tomi mengungkapkan mustahil gizi buruk mencapai nol persen jika pemerintah belum dapat menjamin perekonomian warganya. "Kasus gizi buruk akan terus terjadi sepanjang pemerintah belum dapat mengatasi kemiskinan," katanya.

 

Baca: Anak-Anak Afrika yang Terancam dan Terlupakan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement