REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta memperkirakan musim kemarau di wilayah DIY tahun ini akan berlangsung pada dasarian kedua atau ketiga Mei.
"Awal musim kemarau pada tahun ini mundur dibanding periode normal yang biasanya berlangsung pada April," kata Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, kondisi tersebut terjadi akibat adanya gangguan cuaca jangka pendek, yaitu munculnya daerah pertemuan angin dan kenaikan suhu permukaan air laut di selatan Jawa yang meningkatkan potensi curah hujan.
"Akibat kondisi tersebut, banyak awan comulonimbus yang terbentuk sehingga meningkatkan potensi hujan. Oleh karena itu, musim kemarau di wilayah DIY mundur satu bulan dari periode normal," katanya.
Saat ini, lanjut dia, wilayah DIY memasuki musim pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. BMKG mengimbau warga tetap meningkatkan kewaspadaan karena potensi hujan ekstrem disertai angin kencang dan petir cukup tinggi.
"Pada pagi hingga siang hari, kondisi udara di wilayah DIY biasanya cerah dan panas. Namun, pada sore hari bisa turun hujan dengan intensitas cukup deras disertai angin kencang. Warga diminta tetap waspada," katanya.
Kondisi tersebut, lanjut Joko, berpotensi terjadi hingga akhir Mei. Sedangkan musim kemarau di wilayah DIY pada tahun ini diperkirakan berlangsung normal yaitu hingga Oktober.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Agus Winarto mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap berbagai potensi bencana saat musim pancaroba.
Salah satu kejadian saat musim pancoba adalah hujan deras disertai angin kencang yang menyebabkan puluhan pohon di wilayah Kota Yogyakarta tumbang bahkan menimbulkan korban.
Berbagai potensi bencana lain yang juga mengancam adalah kondisi tebing sungai yang rawan longsor seperti yang terjadi di sepanjang Sungai Code.