REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Kabupaten Banyuwangi menggenjot produksi beras organik. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan tahun ini Banyuwangi memulai menggenjot luas tanam padi organik menjadi 200 hektare. Banyuwangi juga akan membangun lahan percobaan atau demplot dengan dukungan dana APBD.
Anas mengatakan saat ini sudah terdapat dua kelompok tani yang telah mendapat sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS) sebagai produsen beras organik.LeSOS adalah lembaga sertifikasi pertama di Indonesia yang berhak melakukan investigasi, mengeluarkan sertifikat dan label organik untuk berbagai macam produk organik, petani dan kelompok tani, koperasi, perusahaan, dan lain-lain yang telah memenuhi persayaratan.
Beras organik Banyuwangi dinyatakan aman konsumsi, bebas pestisida dan pupuk kimia berdasarkan pedoman SNI 67259-2013 dan Dokumen Internal Control System (ICS).
”Tahun ini kami targetkan dua kelompok tani lagi yang bisa dapat sertifikasi tersebut. Sekaligus ini akan menjadikan beras merah organik sebagai ikon dan buah tangan Banyuwangi selain durian merah dan batik,” kata Anas.
Digenjotnya produksi beras organik ini bukan tanpa alasan. Salah satu kelompok tani yang mengembangkan beras organik adalah Kelompok Tani Mendo Sampurno. Ketua kelompok tani tersebut, Samanhudi, mengatakan, permintaan beras organik Banyuwangi sangat tinggi.
"Yang rutin tiap bulan diantaranya dari Bali 8 ton/bulan dan Surabaya 5 ton/bulan. Beras kami pun diekspor ke Amerika Serikat hingga 4 ton per bulan. Saat ini sedang disiapkan ekspor ke sejumlah negara, yaitu Cina, Qatar, dan Belanda, dengan total 100 ton,” ujar Samanhudi.
Menurut dia, pengembangan padi organik cukup mudah dilakukan jika dibandingkan dengan non-organik. ”Kami berkomitmen tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia dalam budidaya padi. Kami lebih memilih menggunakan agensi hayati untuk pengendalian hama. Bahkan, kami pun membuat sendiri pupuk tersebut, dari bahan endapan kedelai dan cendawan,” kata Samanhudi.
Produksi beras organik cukup bagus hingga menembus angka 9 ton per hektare untuk lahan yang berada di ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jika ditanam dilahan dengan ketinggian 100-200 mdpl, produksinya mencapai 7 ton per hektare. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding rata-rata produktivitas padi biasa secara nasional yang berada di kisaran 6 ton per hektare.