Selasa 19 Apr 2016 18:11 WIB

Produksi Alat Kesehatan Masih Terbuka Luas untuk Produk Lokal

Petugas Poliklinik Hiperbarik (kiri) memberikan penjelasan pengunaan Alat Kesehatan (Alkes) Hiperbarik di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusido (RSWS) Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis, (17/3).
Foto: Antara/Darwin Fatir
Petugas Poliklinik Hiperbarik (kiri) memberikan penjelasan pengunaan Alat Kesehatan (Alkes) Hiperbarik di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusido (RSWS) Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis, (17/3).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kebutuhan peralatan kesehatan di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2014, hingga saat ini 95,13 persen produk alat kesehatan yang beredar di Indonesia masih didominasi oleh produk impor. Hingga saat ini, lebih dari 80 persen bahan-bahan dan peralatan medis masih dipenuhi oleh produsen luar negeri.

Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Bambang Subiyanto mengatakan kebutuhan akan alat kesehatan nasional masih terbuka luas bagi produk-produk lokal. Hal ini juga merupakan tantangan untuk mengoptimalkan potensi industri nasional.

Berbagai kegiatan penelitian telah dilakukan oleh LIPI dan perguruan tinggi terkait pengembangan alat kesehatan berbasis kelistrikan (elektromedik). Namun, kolaborasi antara periset alat kesehatan (alkes) dan pihak pengguna baik rumah sakit maupun dokter masih sangat minim. “Keikutsertaan praktisi medis dalam kegiatan penelitian tentu sangat diperlukan, karena peralatan elektromedik merupakan domain dari ilmu pengetahuan medik,” ujar Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Bambang Subiyanto,  Dialog Interaktif ke-2 di kampus Swiss German University, Selasa (19/4).

Dari sisi pengembangan instrumentasi, keberterimaan hasil penelitian dan pengembangan produk peralatan elektromedik oleh konsumen ditentukan oleh beberapa kriteria. Beberapa di antaranya yaitu kriteria keselamatan, dan performa esensial yang menentukan kelayakan. “Di sinilah pentingnya keterlibatan laboratorium pengujian,” imbuh Bambang.  

Ketua Panitia Dialog Interaktif dari SGU, Maruli Pandjaitan mengatakan pelayanan kesehatan menggunakan produk nasional perlu dukungan pemerintah. “Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berkontribusi kepada masyarakat luas dan secara khusus para pelaku pelayanan kesehatan di Indonesia,” kata Maruli.  

Kepala P2SMTP LIPI, Harry Arjadi juga berharap dapat terciptanya awareness terutama peneliti dan mahasiswa terkait kualitas dan proses standardisasi produk Alkes. “Kami berharap ke depannya terjalin kerja sama penelitian antara perguruan tinggi dan lembaga riset, dan jaminan mutu peralatan kesehatan lokal dapat difasilitasi melalui laboratorium pengujian teknis untuk menghasilkan produk Alkes nasional yang mampu bersaing,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement