Senin 18 Apr 2016 20:50 WIB

Kalsel Masih Berstatus Siaga Darurat Banjir

Banjir (ilustrasi).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Banjir (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan Sugiono Yajie mengungkapkan, daerahnya masih memasang status siaga darurat banjir dengan terus tingginya curah hujan belakangan ini.

"Ada sebagian wilayah di provinsi kita ini yang mengalami banjir atau genangan yang cukup dalam, makanya status siaga darurat banjir masih kita tetapkan," ujarnya di Banjarmasin, Senin (18/4).

Sebagaimana ada di wilayah Kabupaten Barito Kuala, yang titiknya di desa Kuripan dan Tabukan, di mana kedua desa itu masih terisolir karena banjir, hingga BPBD Kabupaten setempat juga menyatakan statusnya siaga darurat banjir.

"Memang tidak terlalu dalam genangannya, sekitar selutut, kita sudah juga melakukan kunjungan ke sana, tentunya memberikan bantuan makanan bagi warga yang terkena musibah," ucap Sugiono.

Menurut dia, sejauh ini semua wilayah yang ada mengalami banjir sebagaimana di Barito Kuala, adapula di Kabupaten Balangan, Tabalong, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), dan Tanah Bumbu.

"Semuanya belum ada yang dinyatakan status tanggap darurat banjir, karena kejadiannya tidak begitu parah hingga misalnya menimbulkan korban atau harus diungsikan para warganya," terang Sugiono.

Pihaknya, ungkap dia, selalu memantau segala perkembangan di mana potensi banjir di daerah ini secara intensif, dengan dibantu pihak kepolisian dan TNI melakukan kunjungan ketempat-tempat tersebut.

Bahkan, ujar dia, pantauan melalui satlet dilakukan pihaknya juga, di mana laporan setiap saat ketinggian air sungai terus diketahui.

"Jadi ada alat di atas permukaan air sungai itu di pasang, kalau ada mencapai ketinggian air dengan posisi yang tidak wajar maka satlet akan membacanya, dan laporannya langsung masuk melalui grup whatsapp kita," tuturnya.

Menurut dia, kewaspadaan banjir di wilayah Kalsel ini memang sudah seharusnya dilakukan, karena kondisi alam, yakni, hutan banyak yang gundul dan sungai mulai dangkal menjadi penyebab utamanya, sehingga serapan air sudah tidak sebanding lagi derasnya hujan yang turun.

"Memang langkah yang utama untuk menanggulangi banjir ini harus mengembalikan lagi kelestarian daerah resapan air, tentunya dengan kembali menghijaukan hutan, ini tanggungjawab kita bersama," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement