REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Anggota Komisi V DPRD Sumatra Barat Hidayat menyampaikan bergesernya penyebab gangguan jiwa dari ekonomi ke perselingkuhan cukup mengejutkan. Ia menduga mudahnya akses informasi dan komunikasi menggunakan telepon pintar menjadi salah satu penyebab hal itu.
"Sekarang seseorang bisa bebas menghubungi hampir siapa saja menggunakan telepon maupun media sosial. Kebebasan yang tanpa kontrol bisa kebablasan hingga muncul kasus-kasus perselingkuhan," katanya belum lama ini.
Pernyataan tersebut disampaikan lantaran adanya data yang dihimpun Rumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang. Pihak rumah sakit mencatat dari 101 ribu warga yang berobat pada 2015, sebanyak 92 ribu diantaranya didiagnosa mengalami gangguan jiwa berat akibat perselingkuhan.
Selain itu, tren temu alumni menurutnya juga bisa menjadi penyebab perselingkuhan karena sebagian besar acara tersebut maknanya telah berubah."Temu alumni tidak lagi menjadi media untuk bersilaturahim, namun untuk unjuk kehebatan, kekayaan hingga bisa mendorong hal-hal yang tidak diinginkan, salah satunya perselingkuhan," tambahnya.
Ia menjelaskan benteng utama mencegahnya adalah adalah komunikasi yang hangat dengan anggota keluarga, dan menjaga keimanan.
Wakil Gubernur (Wagub) Sumatra Barat (Sumbar) Nasrul Abit meminta jajaran Kementerian Agama (Kemenag) di wilayah itu memperkuat pembekalan agama. Terutama bagi pasangan yang akan menikah mencegah terjadinya perselingkuhan.
"Pada saat akan menikah pasangan yang akan menikah diberi pemahaman mendalam tentang hakekat perkawinan agar tidak mudah selingkuh hingga bercerai," kata dia di Padang, Sumbar, Ahad (17/4).
Ia mengaku cukup prihatin dengan temuan tersebut dan menilai salah satu penyebab rentannya terjadi perselingkuhan erat hubungannya dengan keagamaan dan tingkat keimanan. Kementerian Agama bersama-sama seluruh ulama dan elemen masyarakat mari mengampanyekan pentingnya membina rumah tangga yang baik dan sakinah.