REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Kematian akibat penyakit tidak menular di Provinsi Maluku Utara (Malut) dalam beberapa tahun terakhir ini, lebih menonjol jika dibandingkan dengan kematian akibat penyakit menular.
"Penyakit tidak menular yang mengkibatkan kematian di antaranya diabetes, jantung dan strok, yang umumnya disebabkan pola hidup yang tidak sehat," kata Kepala Dinas Kesehatan Malut Idhar Sidi Umar di Ternate, Jumat (15/4).
Khusus untuk kematian akibat penyakit menular yang terjadi di Malut, di antaranya malaria, demam berdarah dan infeksi. Umumnya penyakit itu disebabkan terlambat pasien dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secara baik.
Untuk menekan kasus kematian akibat penyakit tidak menular maupun penyakit menyular tersebut, Dinkes Malut telah melakukan berbagai upaya. Seperti mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menerapkan tindakan pencegahan penyakit, karena cara ini lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan.
Edukasi tindakan pencegahan itu ditekankan kepada upaya menerapkan pola hidup sehat, seperti mengatur pola makan, tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman keras dan narkoba, isterahat cukup dan rajin berolahraga serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Selain itu, kata Idhar Sidi Umar, Dinkes Malut terus mengupayakan pembangunan infrastruktur kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, laboratorium, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan dan daerah terpencil. Dinkes Malut juga meningkatkan penyediaan tenaga dokter, baik dokter umum maupun dokter ahli, bidan dan perawat dengan penyebaran yang merata ke seluruh wilayah Malut.
"Namun upaya ini belum bisa dilakukan secara maksimal karena terbatasnya jatah penerimaan PNS dari pemerintah pusat," ucap dia.
Ia menambahkan, Dinkes Malut juga tengah mengupayakan pembangunan RSUD di Sofifi, ibu kota Provinsi Malut yang nantinya akan menjadi rumah sakit rujukan di wilayah Malut, bahkan bisa pula untuk daerah lainnya di wilayah Indonesia Timur.
Ikuti Whatsapp Channel Republika