REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia sebagai negara demokratis dengan warga Muslim terbesar di dunia harus turut terlibat aktif dalam perdamaian di Timur Tengah. Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Amin Abdullah mengatakan, Indonesia bisa manfaatkan diplomasi bebas aktif.
"Seharusnya bisa lebih peduli bagi terbentuknya perdamaian dunia termasuk Timur Tengah (Timteng). Indonesia perlu berbicara di kancah internasional dengan berbagi pemikiran dan solusi," katanya di Yogyakarta, Kamis (14/4).
Pada seminar "Peranan Indonesia dalam Upaya Perdamaian di Timteng" yang diadakan UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), ia mengatakan memang tidak mudah bagi Indonesia untuk bisa berperan dalam upaya perdamaian kawasan Timteng.
"Namun, Indonesia bisa memberikan atau berbagi contoh kasus upaya mempertahankan demokrasi di tengah keberagaman yang ada. Indonesia bisa berbagi pengalaman persatuan," kata Amin yang juga Ketua Komisi Kebudayaan AIPI.
Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Noorhaidi Hasan mengatakan kesulitan Timteng keluar dari cengkeraman otoritarianisme dan lingkaran kekerasan berkaitan dengan sejarah, kondisi demografis, gagalnya pembangunan dan pengelolaan negara, konflik generasional, dan politik identitas. Kondisi itu, kata dia, diperparah oleh kecenderungan pihak berkuasa maupun oposisi untuk menggunakan dan memanipulasi simbol-simbol dan bahasa agama untuk membangun wacana hegemonik.
"Penggunaan simbol-simbol dan bahasa agama jelas menggiring pertarungan politik dan seluruh kepentingan yang menyertainya bernilai sakral. Ambisi untuk mempertahankan kekuasaan atau hasrat merebutnya berubah menjadi pertarungan politik yang dibalut fanatisme dan heroisme," katanya.