Jumat 15 Apr 2016 03:34 WIB

Pengamat: Pantai Utara dalam Keadaan Bunuh Diri Ekologis

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Julkifli Marbun
 Foto udara pembangunan reklamasi pulau G di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Rabu (6/4).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Foto udara pembangunan reklamasi pulau G di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Rabu (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga mengungkapkan, saat ini, ekologis Pantai Utara Jakarta dalam kondisi yang memprihatinkan.

"Pantai Utara saat ini bisa dikatakan, tengah dalam keadaan bunuh diri ekologis," kata dia kepada Republika, Kamis (14/4).

Nirwono menjelaskan, saat ini, terjadi penurunan muka tanah antara delapan sampai 24 cm di Pantai Utara. Jika per tahun muka tanah turun delapan sentimeter, maka dalam waktu 10 tahun, penurunan sekitar 80 cm. Bagaimana jika penurunan muka tanah sedalam 24 cm per tahun? Maka, penurunan muka tanah sedalam 2,4 meter.

Nirwono menegaskan, penurunan muka tanah bukanlah masalah sepele. Sebab, sangat berbahaya pada berbagai konstruksi bangunan, flyover, gedung bertingkat dan lain-lain.

Kondisi tersebut, ujar Nirwono, diperparah dengan terjadinya kenaikan muka air laut setinggi 4 hingga 8 cm per tahun. "Jadi, tanahnya turun, tapi airnya naik. Jadi itu kenapa di daerah Pantai Utara terjadi rob atau lipatan pantai air laut," jelasnya.

Kemudian, ia menjelaskan, terjadi interupsi air laut. Akibatnya, saat ini air laut sudah masuk sampai ke Bundaran HI. Hal tersebut tentu berdampak pada pada sejumlah konstruksi bangunan. Karena sifat korosif air laut yang mengandung garam.

"Kalau korosif, konstruksi bangunannya bisa roboh, bisa miring atau jadi karatan. Memang terjadinya tidak langsung, tapi baru terjadi 10-20 tahun kemudian," tutur Nirwono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement