REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Mataram bersama TNI membentuk satgas serapan gabah petani (Sergap) yang bertugas untuk menfasilitasi penyerapan hasil panen petani oleh Bulog.
"Satgas ini dikomandani langsung oleh Dandim, dan beranggotakan seluruh jajaran TNI hingga tingkat bawah," kata Kepala Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPKP) Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Rabu.
Menurutnya, berdasarkan rapat pemantapan Satgas Sergap yang dilaksanakan Selasa (12/4) di aula pendopo Wali Kota Mataram, DPKP bertugas menginformasikan jadwal panen petani di masing-masing lokasi.
Sementara Dandim bersama anggota TNI lainnya akan menjemput langsung petugas Bolog sekaligus membawa uang ke lokasi panen untuk membayar hasil panen petani sesuai dengan ketentuan.
"Jika betul kadar air hasil panen petani kita tidak memenuhi syarat, maka Bulog harus membuatkan berita acara sebagai dasar tidak terpenuhinya syarat pembelian oleh Bulog," katanya.
Akan tetapi, lanjut Mutawalli, apabila tidak ada alasan lain termasuk kadar air, maka Bulog wajib membeli gabah petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP) Rp3.700 per kilogram untuk gabah kering panen.
"Jadi kerja sama kita dengan TNI adalah untuk mengawasi Bulog agar tidak ada alasan tidak menyerap hasil panen petani," katanya.
Dalam pertemuan itu Mutawalli juga menyampaikan petani di Kota Mataram dijawalkan akan melakukan panen pada akhir April hingga Mei 2016 di lahan sekitar 1.100 hektare.
Jika dirata-ratakan hasil panen satu hektare mencapai 6 ton, maka diprediksi hasil panen petani sebanyak 6.000 ton gabah kering panen atau jika menjadi beras sekitar 4.000 ton.
"Hasil panen petani itu harus bisa terserap oleh Bulog sesuai dengan ketentuan kadar air yang ditetapkan," katanya.
Tujuannya, agar hasil panen petani tidak dijual ke luar daerah dengan penawaran tinggi, tetapi kemudian setelah diolah dikembalikan lagi untuk dijual dengan harga lebih tinggi.
Dikatakannya, selama ini pembeli (tengkulak) datang langsung ke petani untuk membeli gabah petani dan karena petani tidak mau repot dengan biaya panen, maka petani pun menjual gabah mereka dalam bentuk hamparan.
"Ini yang menyebabkan petani lebih memilih tengkulak bahkan menyebut tengkulak dewa penyelamat bagi petani, lalu Bulog dimana. Inilah yang kita coba jembatani dengan Satgas Sergap agar petani lebih sejahtera," katanya.