REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Pemerintah Kota Lhokseumawe, DI Aceh, tetap memprioritaskan pengembangan budi daya udang windu. Selain memiliki prospek pasar yang bagus, budi daya ini juga untuk melestarikan salah satu jenis udang lokal.
Kepala Seksi Perikanan pada Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian (DKPP) Kota Lhokseumawe Erwin Mustafa, di Lhokseumawe, Rabu (13/4), mengatakan, budi daya udang windu tetap dilakukan meski ada varietas pendatang baru lain yang hendak berkembang. Salah satunya udang vaname.
Ia menyebut, budi daya udang windu banyak dilakukan di wilayah pertambakan Kecamatan Blang Mangat. Di daerah itu, petani masih menjadikan komoditas itu sebagai salah satu andalan.
Sementara, petani tambak di Kecamatan Muara Satu, mulai membudidayakan udang vaname dan di Kecamatan Muara Dua banyak yang membudidayakan ikan bandeng. Terkait pembinaan kepada petani, dia mengatakan, pihaknya selalu memberikan pembinaan dan penyuluhan tentang teknik pembudidayaan secara baik dan benar sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Akibat ketidaktahuan petani dalam budi daya secara baik dan benar, udang windu mudah terserang penyakit dan tidak tahan lama. "Seperti kelebihan pemupukan pada lahan tambak, penggunaan pestisida atau insektisida berlebihan juga dapat menjadikan salah satu penyebab tidak tahannya udang windu tersebut. Sehingga, kita lakukan pendampingan agar petani dapat lebih paham tentang cara pembudidayaan udang yang baik dan benar," kata Erwin.
Sedangkan, masa panen udang dimaksud sampai umur 65 hari, dengan berat 30 ekor per kilogram. Untuk pemasarannya, dia mengatakan, lebih banyak dipasarkan ke luar daerah serta untuk kebutuhan lokal.