Selasa 12 Apr 2016 13:18 WIB

Anak Harimau yang Masuk Perangkap Dirawat BBKSDA Sumut

Rep: Issha Harruma/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas memeriksa kondisi anak harimau (ilustrasi)
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Petugas memeriksa kondisi anak harimau (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara (Sumut) bersama tim dari Sumatran Rainforest Indonesia (SRI) dan Yayasan Bodhicita mengevakuasi seekor anak harimau betina yang terjebak lubang perangkap di Desa Banua Tongah, Kecamatan Sosopan, Padang Lawas, Sumut. Lubang tersebut awalnya dibuat masyarakat untuk menjebak kerbau liar.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah 6 BBKSDA Sumut Suhut Hesaki T mengatakan, saat dievakuasi, anak harimau tersebut dalam kondisi lemah karena tidak makan dan minum. Satwa langka ini diketahui sudah berada di dalam lubang jeratan selama sekitar empat hingga lima hari. "Sekarang kondisinya sudah membaik dan sudah bisa minum susu dan makan," kata Suhut, Selasa (12/4).

Suhut mengatakan, anak harimau betina tersebut diperkirakan berusia 1,5 tahun. Saat dievakuasi, beratnya sekitar enam kilogram. Untuk sementara, lanjutnya, anak harimau tersebut dirawat di Batang Onang, di areal milik Yayasan Bodhicita. Perawatan ini dengan pemantauan ketat oleh Drh Jane dari SRI.

Menurut Suhut, pada Ahad (10/4) malam, pihaknya menerima laporan dari warga mengenai adanya anak harimau yang masuk ke dalam kubangan untuk menjerat kerbau liar. Lokasinya, berbatasan dengan Suaka Margasatwa Barumum di Desa Banua Tongah, Sosopan, Padang Lawas.

Tim BBKSDA bersama tim lain pun langsung turun untuk melakukan evakuasi. "Lubangnya kecil, jadi yang masuk anak harimau," ujar Suhut.

Sementara itu, Direktur SRI Rasyid Dongoran mengatakan, tidak ada cacat fisik yang dialami oleh anak harimau tersebut. Pihaknya pun masih melakukan pemantauan untuk menentukan tindakan yang akan diambil terhadap anak harimau itu. Pilihannya, apakah akan dilepaskan atau masih mencari induknya. 

Hal ini mengingat kebiasaan harimau yang selalu menunggu anaknya, bahkan ketika sudah mati pun. Namun, sebelumnya, tentu dirawat oleh ahli terlebih dahulu mengingat kondisinya yang masih dehidrasi. "Kita pun masih menunggu pendapat ahli yang mengetahui perilaku harimau, untuk mengambil tindakan selanjutnya," kata Rasyid. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement