Ahad 10 Apr 2016 19:47 WIB

Kue Tradisional Jadi Menu Wajib Bagi Tamu di Purwakarta

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Nidia Zuraya
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi melestarikan kue tradisional yang dikemas dengan piring cecempeh, dan menjadikannya kue tradisional hidangan bagi tamu Pemkab Purwakarta.
Foto: Republika/Ita
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi melestarikan kue tradisional yang dikemas dengan piring cecempeh, dan menjadikannya kue tradisional hidangan bagi tamu Pemkab Purwakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta, mengalokasikan anggaran Rp 2 miliar khusus untuk jamuan tamu. Jamuan tersebut, terdiri dari makanan ringan (kue basah) serta hidangan makan. Untuk kue basahnya, pemkab lebih menitikberatkan pada kue buatan usaha rumahan (home industry) yang konsepnya lebih ke tradisional. Kue ini, melambangkan kekhasan wilayah tersebut.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, pihaknya ingin kue tradisional tetap lestari. Sebab, makanan (kuliner) merupakan kebudayaan. Sehingga, harus tetap terjaga keberadaannya. Karena itu, pemkab sudah lama menyajikan makanan bagi tamu ini yang berbau kultur tradisional. Bahkan, dikemasnya juga lebih ke tradisional.

"Kita tidak menggunakan piring beling. Tapi, pakai cecempek yang terbuat dari anyaman bambu lalu di atasnya ada daun pisangnya," ujar Dedi, kepada Republika, Ahad (10/4).

Dengan menggunakan makanan tradisional ini, lanjut Dedi, anggaran jamuan tamu jauh lebih hemat. Karena, dengan intensitas tamu ke Purwakarta yang cukup tinggi, alokasi anggarannya hanya Rp 2 miliar per tahun. Alokasi itu, sudah mencakup jamuan makan dan minum untuk tamu-tamu tertentu.

 

Adapun, kue yang dihidangkan, seperti lemper, kue lapis, onde-onde, bolu gulung, getuk, putri 'noong', serta banyak macam lainnya. Sedangkan untuk hidangan makanan, yang paling difavoritkan yaitu satai maranggi dan sop tulang. Dua makanan itu, merupakan menu wajib yang dihadirkan untuk sajian menjamu tamu. 

Menurut Dedi, karena jamuan itu merupakan kebudayaan. Maka, sajiannya juga harus menyirikan kekhasan. Kue tradisional itu, akan menjadi ciri khas bagi Purwakarta. Bukannya anti kue moderen. Tetapi, dengan melestarikan kue tradisional, maka akan membuat regulasi baru bagi para perajin.

"Kita tidak anti mainstream. Tapi, kita lebih ingin menghargai budaya," ujarnya.

Selain itu,  pihaknya ingin supaya kue tradisional bisa sejajar dengan kue moderen. Bahkan, bisa go internasional. Tak hanya itu, para perajin kue tradisional juga bisa bersaing dengan pebisnis kuliner yang ilmunya sudah tinggi. Dengan begitu, maka tidak ada lagi monopoli jamuan untuk tamu.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement