REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski masih setahun lagi, pertarungan Pilkada Gubernur DKI makin memanas saja. Setelah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyindir Yusril Ihza Mahendra meminta-minta dukungan kepada partai politik, kini gantian Yusril membalas menyindir Ahok sebagai seorang anak durhaka seperti dalam hikayat Minangkabau 'Malin Kudang'.
"Ya Ahok itu persis seperti si 'malin kundang' yang durhaka kepada ayah dan ibunya," ujar Yusril kepada pers di Jakarta, Ahad (10/4).
Ibu dan ayah yang didurhakai yang dimaksud Yusril adalah Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Menurut Yusril, Megawati dan Prabowo adalah dua tokoh yang sangat berjasa mengantarkan Ahok duduk di kursi wakil gubernur DKI Jakarta, dan setelah Joko Widodo menjadi presiden, Ahok naik pangkat menjadi gubernur.
"Namun setelah jadi gubernur, Ahok mendurhakai Ibu Megawati dan Pak Prabowo. Padahal kedua tokoh tersebut tak ubahnya seperti ibu dan ayah yang telah mengantarkan anaknya menjadi sukses," papar Yusril.
Sebagaimana diketahui, Ahok pada 2012 maju dalam pilkada DKI bersama Jokowi dengan dukungan utama PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Ahok kemudian pada September 2014 menyatakan keluar dari Gerindra saat partai pimpinan Prabowo itu memutuskan mendukung opsi pemilihan kepala daerah oleh DPRD.
Ketika itu Ahok menuding Gerindra tidak lagi sejalan dengan kehendak rakyat dan lebih membela kepentingan anggota DPRD. Cara mundurnya Ahok dari Partai Gerindra pun sangat demonstratif yang diwarnai dengan berbagai kritik.
Sementara itu, kepada PDIP Ahok mengultimatum agar memberi rekomendasi nama bakal calon wakil gubernur yang akan berpasangan dengannya melalui jalur perseorangan. Ahok dan pendukungnya yang tergabung dalam 'Teman Ahok' mengeluarkan pernyataan dan kritik kepada PDIP.
Bahkan Teman Ahok memuat karikatur buatannya berupa gambar banteng warna hitam yang dihipnotis, kemudian Ahok pun mengikuti pendapat para relawannya untuk maju melalui jalur independen. Karikatur tersebut membuat para petinggi PDIP tersinggung karena merasa didikte.
Yusril menambahkan, seseorang yang sudah dibesarkan oleh partai politik tidak boleh berkhianat, apalagi mendurhakai pimpinan partai. "Cara-cara seperti itu bertentangan dengan etika dan moral politik, serta tidak baik bagi pendidikan bangsa ini," tegas Yusril.