REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sejumlah komponen dan peralatan utama di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, beralih dari energi minyak bumi ke listrik sebagai langkah penerapan konsep pelabuhan ramah lingkungan.
Asisten Manager Peralatan dan Instalasi Pelindo III Cabang Tanjung Perak Kamal Zakiy, mengatakan Tanjung perak yang merupakan pelabuhan di bawah kendali PT Pelindo III telah mengawali elektrifikasi pada alat bongkar muat yang sebelumnya menggunakan bahan bakar minyak. Alat itu yang dielektrifikasi tersebut, kata Zakiy, adalah dua unit container crane (CC) di Terminal Nilam.
"Ini merupakan kelanjutan langkah penerapan konsep pelabuhan ramah lingkungan yang terus dilakukan Pelindo III, sebab sebagai BUMN kepelabuhanan kita juga telah membangun Terminal Teluk Lamong yang merupakan green port pertama di Indonesia," kata Zakiy, Sabtu (9/4).
Zakiy menjelaskan seluruh program konversi bahan bakar di Pelabuhan Tanjung Perak diharapkan selesai dan terealisasi semua pada akhir tahun 2016.
"Sangat jelas, konversi bahan bakar pada dua unit CC akan meningkatkan efisiensi bongkar muat di Terminal Nilam, karena memiliki beberapa kelebihan dibanding sebelumnya," ucapnya.
Kelebihan itu antara lain, kapasitas angkut yang mencapai maksimal 40 ton, kecepatan melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas hingga 35 box per crane setiap hari, atau lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya yang mampu mencapai 25 box per crane setiap hari.
"Manfaatnya lainnya juga cukup banyak, antara lain berkurangnya kegiatan teknis seperti pengisian BBM, dan proses bongkar muat menjadi relatif lebih cepat," katanya.
Ke depan, kata Zakiy, akan berlanjut ke proses elektrifikasi empat CC selanjutnya, yang diharapkan menyumbang efisiensi biaya energi hingga 60 sampai 70 persen.