Kamis 07 Apr 2016 19:46 WIB

Pengamat UI: Warga, Nelayan Hingga Ikan Kena Dampak Reklamasi

Rep: Puti Almas/ Red: Achmad Syalaby
Foto udara pembangunan reklamasi pulau C dan D di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Rabu (6/4).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Foto udara pembangunan reklamasi pulau C dan D di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Rabu (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek reklamasi Teluk Jakarta dinilai memberi dampak negatif terhadap lingkungan secara luas. Sejumlah masalah akan timbul dan pada akhirnya akan dirasakan langsung oleh masyarakat ibu kota.   

Pengamat Lingkungan Hidup dari Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono mengatakan reklamasi yang dilakukan di pantai utara Jakarta di antaranya akan menimbulkan masalah mulai dari hilangnya kawasan mangrove, perubahan arus laut yang pada akhirnya membuat banjir rob, hingga rusaknya ekosistem dalam laut. 

Dalam hal rusaknya ekosistem laut, dampak secara sosial juga terjadi khususnya pada nelayan yang memiliki mata pencaharian di kawasan tersebut. "Dengan reklamasi, nantinya akan terjadi perubahan salinitas dalam air laut, yang mempengaruhi keberadaan mangrove sebagai filter agar air laut tidak naik ke daratan, lalu sekaligus sebagai puskemas untuk ikan. Karenanya keberadaannya diperlukan sekali," ujar Tarsoen kepada Republika.co.id, Kamis (6/4). 

Dengan hilangnya mangrove yang berguna sebagai filter dalam menahan arus air laut naik ke daratan, maka banjir rob di sejumlah kawasan dekat laut dapat terjadi. Salah satu kawasan yang menurut Tarsoen terkena dampak banjir rob paling parah di ibu kota adalah Tanjung Priok, Jakarta Utara.  

Selain itu, mangrove yang juga berfungsi sebagai 'puskesmas' untuk ikan, biota laut yang satu ini tentunya akan terganggu. Pada akhirnya, keberadaan ikan-ikan di kawasan Teluk Jakarta perlahan menghilang dan menganggu para nelayan dalam mencari nafkah. 

"Jadi secara lingkungan sosial semuanya terkena. Ini diperlukan kajian mendalam betul untuk mengatasi dampaknya. Tapi yang terjadi, sekarang malah pembangunan reklamasi sudah berjalan meski pencegah dampak buruk tersebut belum dipenuhi," jelas Tarsoen.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement