Senin 04 Apr 2016 18:35 WIB

Harga Bawang di Lampung Tembus Rp 60 Ribu Per Kg

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Yudha Manggala P Putra
Bawang
Bawang

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Harga bawang merah dan bawang putih, serta cabai merah dan rawit masih bertahan tinggi di Kota Bandar Lampung, sebulan terakhir. Pantauan Republika di Pasar Tradisional Kota Bandar Lampung, seperti Pasar Induk Tamin dan Pasar Pasir Gintung, Senin (4/4), harga bawang merah terus melonjak tajam mencapai Rp 60 ribu per kg.

Sebelumnya pada pekan lalu harga bawang merah sudah tinggi sebesar Rp 55 ribu per kg.  Sedangkan bawang putih super naik menjadi Rp 40 ribu per kg, sebelumnya pada pekan lalu Rp 34 ribu per kg.

Komoditas dapur rumah tangga yang naik tajam yakni cabai. Harga cabai merah melonjak menjadi Rp 40 ribu per kg, sebelumnya pekan lalu Rp 38 ribu per kg. Sedangkan harga cabai rawit naik dari Rp 48 ribu per kg, menjadi Rp 50 ribu per kg. Kenaikan juga terjadi pada komoditas lain seperti beras dan minyak sayur.

Menurut Sarmin, pedagang di Pasar Induk Tamin, harga bawang dan cabai belum mengalami penurunan sejak sebulan lalu. Hal tersebut, ia mengatakan karena pasokan cabai dan bawang lokal kosong, pasokan dari luar Lampung masuk khususnya dari Brebes dan Bandung.

“Sekarang harga cabai dan bawang sudah ganti harga, bukan naik lagi. Kalau naik paling Rp 500 sampai Rp 1.000 per kg. Sekarang naiknya sampai Rp 5.000 atau Rp 7.000 per kg,” katanya.

Sedangkan Yanto, pedagang komoditas dapur lainnya di Pasar Pasir Gintung, mengatakan kenaikan harga komoditas kebutuhan dapur, dipicu berkurangnya pasokan pertanian lokal di Lampung. “Harga naik karena cabai dan bawang dari Jawa, ongkosnya naik,” kata dia.

Tingginya harga bawang dan cabai, membuat ibu rumah tangga tidak lagi menyetok kedua komoditas tersebut untuk sepekan ataupun sebulan. Mereka lebih memilih membeli cabai dan bawang dengan eceran sekali masak.

“Terpaksa beli paling banyak seperempat saja, biasanya beli paling sedikit satu kilogram bawang dan cabai,” tutur Lina, ibu rumah tangga di Bandar Lampung.

Dampak dari kenaikan harga cabai dan bawang tersebut, pengelola rumah makan terpaksa mengurangi kadar penggunaan bawang dan cabai untuk bahan makanan yang dijualnya. Pedagang restoran terpaksa berhemat dan melakukan oplos dengan bahan lain untuk mengimbangi rasa masakannya.

“Kami terpaksa kurangi resepnya. Kadang juga kalau masih bisa dioplos dengan bahan sejenis, agar biaya produksi tidak membengkak. Soalnya, harga jual masih tetap, tapi harga bahan sudah naik,” ujar Uda Nijal, pengelola rumah makan masakan Padang di Bandar Lampung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement