Senin 04 Apr 2016 17:18 WIB

BRG Rintis 100 Desa Peduli Gambut

Rep: Sonia Fitri/ Red: Dwi Murdaningsih
Lahan gambut
Lahan gambut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG) edang menyusun panduan program Desa Peduli Gambut. Deputi bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan, Myrna A. Safitri menerangkan program tersebut merupakan acuan umum bagi berbagai inisiatif pelibatan masyarakat dalam restorasi gambut seperti halnya desa peduli api, masyarakat peduli api dan lainnya.

"Kita mulai merintis pendataan sekitar 100-an desa yang berada di berbagai lokasi lahan dan rawa gambut bekerja sama dengan sejumlah akademisi, lembaga swadaya masyarakat dan jejaring masyarakat gambut," katanya.

Pemetaan sosial dan pengkinian data terhadap desa-desa itu pun mulai dilakukan. Program relawan dan mahasiswa yang ber-KKN juga sudah dikembangkan untuk langsung terjun ke desa-desa tersebut. Untuk tahap awal BRG bekerjasama dengan Universitas Riau, Universitas Palangkaraya, UNS dan UGM, dan selanjutnya bersama universitas-universitas lainnya seperti Universitas Jambi, Universitas Sriwijaya, Universitas Tanjung Pura, Universitas Lambung Mangkurat dan Universitas Cendrawasih. Target relawan dan mahasiswa yang akan dilibatkan berjumlah 2 ribu orang per tahun.

Basis ilmiah dari kegiatan restorasi diperkuat melalui sejumlah riset aksi. BRG menjalin kerjasama dengan Pusat Penelitian dan Universitas yang selama ini telah menjalankan riset gambut baik untuk kepentingan budidaya maupun konservasi. Deputi bidang Penelitian dan Pengembangan BRG Haris Gunawan menekankan pentingnya riset aksi dalam hal pengelolaan tata air dan vegetasi serta aspek sosial ekonomi budaya lainnya.

"Sebagai tahap awal yang akan dimulai bulan April tahun ini, BRG  akan membangun model etalase aksi restorasi ekosistem rawa gambut," katanya.

Target lokasi ditetapkan di Kabupaten Meranti Riau dan Kabupaten Pulang Pisau di Kalimantan Tengah. BRG telah memeroleh dukungan riset dari Pemerintah Daerah, berbagai kalangan masyarakat, kalangan akademisi-peneliti, termasuk komitmen kerjasama riset aksi dari Universitas Kyoto dan Hokaido Jepang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement