REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Hujan dan angin kencang kembali kembali menerpa Kabupaten Sleman, Kamis (31/3), kemarin. Akibatnya, pepohonan di Kecamatan Moyudan dan Godean rubuh dan menimpa rumah warga.
Hingga saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman mencatat, ada lima korban terdampak akibat peristiwa tersebut. “Di Moyudan pohon rubuh menimpa tiga rumah. Di Godean menimpa dua rumah. Sebagian pohon tumbang ke jalan. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa,” kata Kepala BPBD Sleman, Julisetiono Dwi Wasito, Jumat (1/4).
Adapun rumah warga yang rubuh ada di dua titik. Pertama di Sumberagung, Kecamatan Moyudan. Rumah yang rubuh adalah milik Siti Mubadiah (49 tahun), Siti Kusidasih (45), dan Winarsih (45). Kedua di Sidoagung, Kecamatan Godean meliputi rumah Bibit Supriyo (50) dan Tutik (45).
“Sekarang korban sudah menerima bantuan. Di antaranya berupa terpal dan bahan logistik pangan,” kata Juli. Ia mengingatkan agar masyarakat selalu waspada. Pasalnya cuaca ekstrim diperkirakan akan terus berlangsung sampai akhir April.
Juli mengemukakan, tumbangnya pohon di dua kecamatan terjadi akibat angin kencang sekitar pukul 13.30. Jenis pohon tumbang berupa jati, salam, dan waru. Rata-rata menimpa atap dan menyebabkan genting pecah.
Juli menuturkan, sebenarnya peristiwa ini sudah diperkirakan akan terjadi. Karena sebelumnya BPBD telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ektrim di atas pukul 11.30. Area rawan angin kencang dan hujan dimulai dari Sleman bagian timur. Lalu meluas ke Sleman bagian selatan dan barat, Gunungkidul bagian selatan, dan wilayah Kota Yogyakarta.
“Ini memang sudah masuk musim pancaroba yang ancaman bencananya sangat kompleks,” kata Juli. Ia mengemukakan, DIY berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai petir pada siang hingga malam hari.
Hal ini karena arus angin di wilayah DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur membentuk pola convergensi atau sebagai daerah pertemuan angin. Maka itu kewaspadaan dan kesiagaan berbagai pihak harus senantiasa ditingkatkan.
Kondisi cuaca ekstrim yang terjadi selama pancaroba meliputi suhu panas saat pagi, namun mendung pekat pada siang hari menjelang sore. Kemudian disusul dengan hujan lebat dengan intensitas yang cukup tinggi.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan menuturkan, selain sambaran petir dan angin kencang, potensi bencana yang terjadi saat cuaca ekstrim adalah luapan sungai. Termasuk banjir lahar di sungai yang berhulu Gunung Merapi. "Kondisi ini diperparah dengan banyaknya pemukiman yang memiliki drainase buruk. Sehingga menimbulkan genangan setiap kali hujan deras,” katanya.