Jumat 01 Apr 2016 02:05 WIB

Masyarakat Harus Waspada Cuaca Ekstrem di Siang Hari

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Cuaca Ekstrem/Ilustrasi
Foto: bmkg.go.id
Cuaca Ekstrem/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bencana angin kencang, petir, dan hujan lebat yang dapat mengakibatkan banjir atau longsor terus mengancam Sleman.

Terutama di siang hari setelah pukul 11.30. Karena itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengimbau agar masyarakat terus waspada dan berhati-hati.

"Untuk masyarakat diminta tetap waspada. Sementara kesiapsiagaan dari relawan, TRC (Tim Reaksi Cepat), dan aparat sudah kita tingkatkan sejak 14 November 2015," katanya, Kamis (31/3).

Juli menjelaskan, peringatan dini cuaca ekstrim DIY sendiri telah dipublikasikan sejak 30 Maret pukul 11.32.

Adapun potensi bencana yang bisa terjadi berupa hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang. Terutama di wilayah Sleman bagian timur.

Kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga pukul 14.00. Lalu meluas ke Sleman bagian selatan dan barat, Gunungkidul bagian selatan, dan wilayah kota Yogyakarta.

"Ini memang sudah masuk musim pancaroba yang ancaman bencananya sangat kompleks," ujar Juli. Ia mengemukakan, DIY berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai petir pada siang hingga malam hari.

Hal ini karena arus angin di wilayah DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur membentuk pola convergensi atau sebagai daerah pertemuan angin. Maka itu kewaspadaan dan kesiagaan berbagai pihak harus senantiasa ditingkatkan.

Adapun kondisi cuaca ekstrim yang terjadi selama pancaroba meliputi suhu panas saat pagi, namun mendung pekat pada siang hari menjelang sore. Kemudian disusul dengan hujan lebat dengan intensitas yang cukup tinggi.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan menuturkan, selain sambaran petir dan angin kencang, potensi bencana yang terjadi saat cuaca ekstrim adalah luapan sungai. Termasuk banjir lahar di sungai yang berhulu Gunung Merapi.

"Kondisi ini diperparah dengan banyaknya pemukiman yang memiliki drainase buruk. Sehingga menimbulkan genangan setiap kali hujan deras," katanya.

Selain itu, penumpukan sedimen dan penyempitan alur sungai di sejumlah wilayah berpotensi menyebabkan air sungai meluap ke pemukiman masyarakat. Tidak hanya pemukiman, hujan deras pun tak jarang mengakibatkan sejumlah ruas jalan tergenang, sepeti di Jalan Kaliurang.

Drainase jalan yang tidak bisa menampung air hujan mengakibatkan air meluap ke badan jalan. Maka itu beberapa titik di Jalan Kaliurang sering tergenang dan sulit dilewati kendaran. Misalnya di simpang empat Fakultas Kehutanan UGM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement