Kamis 31 Mar 2016 19:33 WIB

Harga Cabai di Bogor Belum Stabil

Cabai
Foto: dok republika
Cabai

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Harga cabai merah besar dan keriting di Pasar Anyar, Kota Bogor Jawa Barat belum stabil dan cenderung turun di saat perubahan cuaca yang masih tidak menentu.

"Sudah tiga hari pasokan cabai dan sayuran dari Jawa Tengah (Dieng, Ungaran, Surakarta), dan Jawa Barat (Sukabumi, Garut, dan Bandung) kurang stabil, sehingga harga menjadi tidak menentu," kata pedagang sayuran Muhamad Abdul Ghofur (47), di Pasar Anyar, Kota Bogor, Kamis (31/3).

Abdul Ghofur menjelaskan, cuaca yang tidak menentu menjadi faktor utama terjadinya ketidakstabilan harga.

Sebelumnya harga cabai merah besar mencapai Rp 40.000 per kilogram, namun kini turun menjadi Rp 30.000 per kilogramnya, dan cabai rawit mengalami penurunan yang paling mencolok, yaitu dari Rp 80.000 menjadi Rp 40.000 per kilogramnya.

Namun , penurunan harga cabai ini tidak diikuti oleh penurunan harga pada sayuran yang ada di pasar tradisional tersebut.

Seperti halnya kol yang biasanya dijual dengan harga Rp 4.000 kini naik menjadi Rp6.000 per kilogram, tomat dari Rp 7.000 kini Rp 15.000 per kilogram, kacang panjang dari Rp 6.000 kini Rp 8.000 per kilogram, sawi putih dari Rp 5.000 kini naik menjadi Rp 8.000 per kilogram.

Pada jenis sayuran sawi putih di tingkat distributor yang ada dipasar tradisional Kota Bogor mengalami kelangkaan di beberapa pedagang sayuran. "Hal ini dikarenakan curah hujan dan iklim yang tidak menentu, sehingga mengakibatkan kelangkaan sawi putih tersebut," kata pedagang sayur lainnya, Anto (40).

Sebaliknya, beberapa jenis sayuran yang mengalami penurunan harga antara lain wortel kecil yang semula Rp 6.000 kini turun menjadi Rp 4.000 per kilogram. "Selanjutnya wortel besar dari Rp 9.000 kini Rp 5.000 per kilogram, disusul kentang Rp 9.000 menjadi Rp 5.000 per kilogram," Kata Anto lagi.

Sementara itu, beberapa pembeli yang dihubungi secara terpisah di Pasar Anyar mengaku tidak bisa berbuat apa-apa atas terjadinya ketidakstabilan harga tersebut, dan terpaksa harus membeli karena faktor kebutuhan keluarga.

"Kami mengharapkan agar pemerintah lebih memperhatikan sekaligus membuat cara agar harga kebutuhan pokok masyarakat dapat ditekan, agar tidak membebani masyarakat sebagai konsumen," kata Dian (48), seorang pembeli.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement