Oleh: Angga Indrawan, Wartawan Republika Online
Sopandi (59 tahun), lama bergelut di dunia pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Para tetangga, baik tetangga rumah hingga tetangga kampung mengenal Sopandi dengan sebutan 'pak Sponsor'. Sejak 1990an awal, Sopandi menjadi pelaku di tingkat terbawah perekrutan TKI dari Desa Pabedilan, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Hubungi Sopandi jika mau jadi TKI, begitu kiranya perumpamaan sederhana menggambarkan Sopandi, sang penghubung TKI dengan perusahaan penyalur pembantu rumah tangga.
Di desa perbatasan antara Kabupaten Cirebon dan Brebes, Jawa Tengah itu, Sopandi dianggap sosok dipercaya warga yang merelakan anaknya merantau ke negeri orang. Mayoritas warga desa Pabedilan berprofesi sebagai petani, profesi yang memaklumkan tingkat pendidikan tak mesti tinggi. Di antara ketidakpahaman seputar prosedur menjadi TKI, di situ peran 'Pak Sponsor' dibutuhkan.
"Saya pun punya seorang anak yang kini menjadi TKI di Singapura," kata Sopandi kepada Republika, Kamis (31/3). Faktor ekonomi menjadi alasan terkuat desa di Jawa Barat ini menjadi penyumbang TKI ke luar negeri.
Sopandi rutin mengecek kabar para tetangga yang telah menerima bantuannya mewujudkan mimpi anak-anaknya menjadi pahlawan devisa. Pak Sponsor juga tak berkeberatan, sebulan bisa dua hingga tiga kali, mendampingi para petani mengambil uang kiriman sang anak dari luar negeri ke sejumlah bank maupun kantor pos. Pak Sponsor, tiap bulan, juga mampir ke kantor pos mengambil uang payah Nengsih, sang anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura.
"Uang bekal untuk anaknya sekolah, cucu yang kini saya rawat," ujarnya.
Pola pengiriman uang dari luar negeri memang menjadi satu persoalan yang sempat cukup dikhawatirkan para keluarga yang ditinggal pergi anggotanya menjadi TKI di luar negeri. Dulu, di saat masih tahun 80an awal, kata Sopandi, keluarga menerima uang langsung dari teman-teman TKI yang pulang ke Tanah Air. Pola itu bergilir menunggu siapa saja yang punya kesempatan untuk pulang. Pola ini membuat sang anggota keluarga bisa baru akan pulang dua atau tiga tahun sekali.
Berkenalan dengan Western Union
Kemajuan teknologi perlahan mengikis kerumitan pola pengiriman uang. Medio 1990an hingga hari ini, fenomena TKI beserta polemiknya punya solusi yang paripurna. Kemudahan informasi dan teknologi membuat perpindahan uang antarnegara cukup dalam hitungan detik. Di rentang masa kemajuan teknologi dan informasi itulah, Sopandi berkenalan dengan Western Union, salah satu penyedia layanan transfer uang terkemuka di Indonesia.
"Sejak Nengsih menjadi pembantu di Dubai (sebelum ke Singapura, red) pada 2005, sampai saat ini tak ada persoalan mengirim uang melalui Western Union," kata Sopandi menjelaskan. Menurutnya, sejumlah kemudahan didapat dalam proses pengiriman uang melalui Western Union.
"Baru saja dikabari Nengsih, tak lebih dari lima menit uang itu pasti sampai," ujarnya. Cukup KTP dan fotokopinya, kata Sopandi, adalah modal untuk mengambil uang kiriman Nengsih di kantor pos terdekat. "Dan juga nomor PIN, biasanya 10 nomor, yang dikasih Nengsih saat ngabarin telah kirim uang," ujar Sopandi yang kerap mengambil uang di kantor pos Pabuaran, Waled, Kabupaten Cirebon tersebut.
Nengsih, Sopandi, dan para petani Desa Pabedilan mewakili cerita para keluarga TKI dari Jawa Barat. Republika juga berkesempatan menghubungi Ibu Inah, TKI asal Brebes, Jawa Tengah yang turut terbantukan dengan penyedia jasa remitansi Western Union sebagai salah satu penyedia layanan transfer uang terkemuka di Indonesia,.
"Jelas memudahkan, mengirim uang dalam waktu yang mendesak cepat, tanpa batasan minumum pengiriman," kata Inah melalui sambungan telepon dari Hongkong, kepada Republika, Kamis (31/3). Biasanya, situasi-situasi mendesak cepat dibutuhkan transfer uang, manakala ada anggota yang terkena musibah, hingga kebutuhan uang untuk sekolah anak.
Dengan menyetor melalui agen-agen yang tersedia, Nengsih langsung mengirim kepada sang suami, Sarmid, salah satu petani bawang di Desa Neglasari, Kecamatan Neglasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Bahkan hal uniknya, Inah menyebut uang kirimannya lebih cepat sampai ke Indonesia, ketimbang waktu tempuh sang suami antara desanya ke kantor pos yang memakan waktu tempuh setengah jam berkendara sepeda motor.
"Tapi untungnya semua mudah melalui WU (Western Union, red)," jelasnya.
Jabar dan Jateng, Provinsi Penyumbang TKI Terbesar
Warga asal Jawa Barat (Jabar) tercatat paling banyak menjadi TKI dibanding wilayah lainnya. Jumlah TKI asal Jawa Barat, berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Barat, mencapai 104 ribu jiwa yang mayoritas bekerja di sejumlah negara di Timur Tengah dan Asia Timur. 69 ribu jiwa di antaranya, bekerja pada sektor informal.
Statistik ini menunjukkan grafik menanjak dari tahun ke tahun. Pada kurun 2014, berdasarkan data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), warga Jawa Barat yang menjadi TKI sebanyak 79.862 orang. TKI asal Jabar berasal dari berbagai daerah antara lain Indramayu sebanyak 19.246 orang, Cirebon 11.984 orang, Cianjur 8.406 orang, Sukabumi 6.767 orang, Subang 6.427 orang, Karawang 6.408 orang dan Majalengka 4.173 orang. Pada saat bersamaan, TKI asal Jawa Tengah (Jateng) menyumbang 69.459 orang. Jumlah TKI asal Jateng menempati urutan kedua terbanyak setelah Jabar. Sedangkan TKI asal Jawa Timur sebanyak 60.163 orang, menempati urutan ketiga terbanyak.
Potensi uang masuk dari luar negeri melalui TKI juga layak diperhitungkan. Pada 2015, masih dalam catatan BNP2TKI, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mengirimkan uang 800 juta dolar AS atau sekitar Rp 11 triliun ke keluarganya di kampung halaman. "Uang kiriman tersebut diperoleh dari sebanyak 3,863.767 TKI yang legal tiap bulannya," kata Kepala BNP2TKI Nusron Wahid dalam keterangan tertulisnya, belum lama ini.
Republika sajikan satu contoh dari Sukabumi, jumlah kiriman uang dari para tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kota/Kabupaten Sukabumi juga cukup tinggi. Setiap bulannya jumlah yang yang dikirimkan ke keluarga di tanah air mencapai puluhan miliar. "Rata-rata per bulannya jumlah kiriman uang mencapai Rp 43 miliar," ujar Manajer Pelayanan Kantor Pos Sukabumi, Sudirman kepada wartawan di Sukabumi, Rabu (30/3). Dalam setahun, tercatat kiriman uang TKI asal Sukabumi mencapai Rp 700 miliar. Jika dirata-ratakan dalam sehari, kiriman uang TKI sebesar Rp 2 miliar dengan ribuan transaksi pengiriman.
Perhatian Western Union
Fenomena para TKI dengan segala persoalannya ditangkap oleh Western Union dengan melakukan sejumlah terobosan. Perusahaan yang telah memiliki 20 ribu agen di Indonesia ini menganggap bahwa persoalan TKI adalah hal serius yang keberadaannya perlu diperhatikan jauh lebih baik. Western Union, sebagai salah satu penyedia layanan transfer uang terkemuka di Indonesia, mengklaim diri sepenuhnya mendukung program pemerintah yang membawa kebaikan untuk TKI.
"TKI tak terlepas perannya dalam membentuk keluarga sejahtera, dan tentunya kontribusi pada perekonomian nasional," kata Senior Vice President Western Union untuk Asia Tenggara dan Oceania, Patricia Riingen. Atas landasan itu, perhatian kepada TKI akan terus ditingkatkan.
Salah satu kemudahan yang coba ditawarkan Western Union adalah dengan meluncurkan jaringan pembayaran rekening lintas batas. Ini memungkinkan pengiriman uang langsung ke rekening bank penerima, Terobosan ini seolah sim salabim menghubungkan para nasabah ke lebih dari satu miliar rekening bank.
"Kini dengan para nasabah dapat melakukan pengiriman uang ke lebih dari satu miliar rekening bank, mereka memiliki opsi pengiriman uang yang tak tertandingi melalui Western Union," ujar President dan CEO Western Union, Hikmet Ersek dalam keterangan tertulisnya awal tahun ini.
Nasabah dapat mengirimkan uang, dalam bentuk tunai, kartu debit, atau kredit, dengan cepat, efisien, dan hemat biaya. Ini bisa dilakukan langsung ke rekening penerima melalui www.westernunion.com dalam kemasan pc pun smartphone. Nasabah pun dapat melakukan pengiriman uang melalui agen-agen yang berpartisipasi.
Platform lintas batas Western Union dikenal sebagai salah satu teknologi keuangan (FinTech) tercanggih di dalam industri keuangan dunia. Teknologi ini memanfaatkan platform situs yang baru dan aplikasi mobile canggih yang dipadukan dengan solusi pay-in dan pay-out digital dan konversi pertukaran valas global.