REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Menjelang penurunan harga BBM bersubsidi disambut dingin oleh masyarakat. Bahkan, dengan adanya informasi akan turunnya harga BBM bersubsidi, membuat omzet di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) malah turun.
"Omzetnya rata-rata malah turun sekitar 2-5 ton, terutama solar," kata Wakil Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) DI Yogyakarta Dwi Cahyono seusai menghadiri Penandatanganan Nota Kesepahaman “Joint Promo” PT Pertamina (Persero) dengan Accor Group Yogyakarta dan Solo di The Phoenix Hotel, Yogyakarta, Kamis (31/3).
Untuk membeli BBM, masyarakat memilih untuk menunggu hingga Jumat (1/4). ‘’Bus dan truk pun memilih menunggu besok, mungkin sekarang tidak jalan,’’ tuturnya. Penurunan penjualan paling terasa, terutama di SPBU yang berada di luar kota, untuk BBM jenis solar, yang biasa digunakan oleh bus dan truk. Biasanya penjualan solar di SPBU di luar kota yang dilewati bus sampai 8 ton per hari.
Meskipun demikian, pihaknya menjamin ketersediaan stok BBM baik bersubsidi maupun nonsubsidi di semua SPBU. ‘’Kami sudah sepakat yang penting kita siapkan stoknya, jangan sampai stok kosong. Karena kalau stok kosong, akan mendapat sanksi dari Pertamina,’’ ujarnya.
Lebih lanjut Dwi mengatakan, bagi pengusaha SPBU, penurunan harga BBM juga berdampak dengan sales order BBM. Sebelum ada informasi penurunan tarif, SPBU sudah memesan BBM dengan harga lama. Namun, dia menambahkan, hal itu sudah mendapat solusi dari Pertamina dengan mengganti selisih harga. Pergantian tersebut bukan dalam bentuk uang tunai, tapi diperhitungkan dalam pemesanan berikutnya. ‘’Misalnya stok masih 10 ton dan selisih turunnya harga Rp 500, maka penggantian 10 ton dikalikan Rp 500,’’ jelasnya.