REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan jasa global Accenture mengeluarkan riset terbaru yang menunjukkan bukti empiris bahwa perempuan memanfaatkan kefasihan digital mereka untuk unggul dalam mengerjakan tugas dan berprestasi di dunia kerja.
"Perempuan memiliki sejumlah keahlian yang dapat mengisi kesenjangan antara keahlian yang diperlukan untuk tetap kompetitif serta jumlah tenaga kerja yang tersedia," kata pucuk pimpinan Manajemen Accenture Pierre Nanterme dalam peluncuran survei "Getting to Equal: How Digital is Helping Close the Gender Gap at Work", di Jakarta, Rabu (30/3).
Menurutnya, terdapat peluang yang terbuka lebar bagi pemerintah dan pelaku bisnis untuk berkolaborasi dan memberdayakan lebih banyak perempuan dengan keterampilan digital agar dapat mempercepat kesetaraan gender di dunia kerja.
Ia mengatakan jika pemerintah dan pelaku bisnis dapat membantu meningkatkan jumlah perempuan yang fasih dalam penggunaan teknologi digital, maka hal tersebut mampu mendorong tercipta kesetaraan gender di negara maju.
"Hal itu bisa terjadi dalam kurun waktu 25 tahun dibanding perkiraan sebelumnya, yaitu 50 tahun dengan memperhitungkan kondisi saat ini," katanya lagi.
Di negara maju yang sedang bertumbuh, ujar dia, hal tersebut dapat terjadi dalam kurun waktu 45 tahun, dibanding perkiraan 85 tahun dengan memperhitungkan kondisi saat ini.
Accenture melakukan sebuah survei pada Desember 2015 dan Januari 2016 dengan melibatkan lebih dari 4.900 perempuan dan laki-laki dari 31 negara untuk menilai sejauh mana responden menggunakan teknologi digital dalam kehidupan pribadi mereka serta dalam pendidikan dan pekerjaan mereka.
Sampel termasuk perwakilan yang sama dari laki-laki dan perempuan pekerja, mewakili tiga generasi (milenial, gen x, dan baby boomers) di semua tingkatan tenaga kerja di perusahaan dari berbagai ukuran. Tingkat kesalahan atau "margin of error" untuk total sampel sekitar 1,4 persen.