REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta, Jawa Barat, terus melakukan penataan pembangunan.
Setelah, penataan taman dan jalan, saat ini yang dilirik yaitu penataan tempat pengelolaan akhir (TPA) Cikolotok, yang ada di Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan. TPA tersebut, akan disulap menjadi lokasi kawasan wisata pendidikan bagi para pelajar.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, untuk penataan TPA Cikolotok ini dibutuhkan anggaran sebesar Rp 10 miliar.
Pasalnya, penataan TPA ini dimulai dari jalan penghubungnya, kemudian warung-warung serta rumah milik warga yang bekerja, serta lokasi inti dari TPA tersebut.
"Untuk jalan, akan kita beton dan lebarnya ditambah dari enam jadi sembilan meter," ujar Dedi, kepada Republika, Rabu (30/3).
Kemudian, rumah dan warung-warung yang ada di lokasi akan ditata bangunannya. Jadi lebih seragam lagi, dengan warung khas Purwakarta.
Rumah penduduknya juga akan ditata jadi lebih artistik lagi. Dengan begitu, TPA Cikolotok ini menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Makanya, kedepan fungsi dari TPA ini selain jadi lokasi akhir pembuangan sampah, juga akan jadi area wisata baru. Terutama, wisata edukasi bagi para pelajar. Tujuannya, supaya anak-anak pelajar itu jadi lebih tertarik lagi mengamati soal sampah.
"Selama ini, anak-anak kita hanya tau mengenai buang sampahnya saja," ujarnya.
Padahal, sampah juga memiliki nilai ekonomis jika bisa dikelola dengan baik. Makanya, anak-anak pelajar ini harus dilibatkan dalam pengelolaan sampah.
Sampah organiknya, bisa dikelola menjadi kompos ataupun briket. Serta, sampah anorganiknya menjadi produk daur ulang yang memiliki nilai ekonomis.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta, Rasmita Nunung Sanusi, mengatakan, pihaknya siap instruksikan seluruh sekolah untuk membawa pelajarnya bermain di area TPA Cikolotok. Karena, banyak pelajaran juga yang bisa dipetik dari kegiatan pengelolaan sampah tersebut.
"Jadi, anak-anak tak perlu piknik jauh-jauh apalagi ke mall, cukup ke TPA juga mereka bisa berekreasi," ujar Rasmita.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Purwakarta, Ruslan Subanda, mengaku, penataan ini untuk memunculkan nilai-nilai estetika. Apalagi, selama ini udara di sekitaran TPA tidak berbau busuk seperti lokasi lainnya. Sebab, pengelolaan sampahnya dilakukan secara landfill dengan terus menerus.
"Jadi, tidak ada aroma bau busuk. Makanya, lokasi ini cocok jika dijadikan area wisata," ujarnya.