REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penataran kader utama yang dilakukan oleh Partai Demokrat merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Juru bicara Partai Demokrat, Dede Yusuf menjelaskan, pendidikan yang diberikan pada kader utama tersebut menunjukkan Demokrat sebagai partai modern yang berbasis kepada kekuatan kader.
Merujuk kepada fungsi-fungsi Partai Politik di mana salah satunya adalah melakukan rekrutmen politik, pendidikan politik dan sosialisasi politik, Partai Demokrat memosisikan diri sebagai partai kader, bukan sebatas menjadi partai massa sebagaimana kebanyakan partai politik di Indonesia.
"Sebagai kader utama Partai Demokrat saya beryukur bisa mengikuti penataran politik ini karena Ketum kami, Pak SBY mendatangkan 25 mantan menteri-menterinya sebagai narasumber sehingga kami bisa mendapatkan ilmu tidak hanya teoritik tapi juga implementatif dan komparasi," kata Dede Yusuf, Selasa (29/3).
Menurut Dede, pendidikan politik yang dilakukan Partai Demokrat akan membuat para kader utama memiliki kapasitas yang berbobot secara merata. Mengingat latar belakang kader utama beraneka ragam, maka penataran tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas kemampuan baik secara intelektual, emosional maupun institusional.
Dengan penataran yang digelar selama seminggu penuh ini pula, lanjutnya, Partai Demokrat telah menasbihkan diri sebagai partai kader. Alumnus penataran ini akan diproyeksikan menjadi para pemimpin politik di berbagai tingkatan baik pusat maupun daerah.
"Pengalaman Pak SBY sebagai presiden dan negarawan merupakan ilmu yang sangat diperlukan bagi kami agar tambah semakin matang sebagai politisi. Ditambah lagi pengalaman 25 menteri-menteri beliau yang sarat dengan pengalaman, bukan menteri karbitan, karena Pak SBY tidak pernah sembarangan dalam memilih menteri," ujar Ketua Komisi IX DPR ini.
Dengan mengikuti penataran maka kader utama Partai Demokrat akan mempunyai pemahaman yang lebih menyeluruh terhadap berbagai persoalan kenegaraan mulai dari politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya. Sehingga sikap dan pandangan yang akan ditampilkan tidak hanya mencari sensasi politik semata.
"Kader utama Partai Demokrat berbicara berdasarkan data dan analisis matang, tidak asal bunyi dan asal beda. Yang disuarakan bukan untuk mengejar popularitas tapi untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi bangsa, yang dirasakan rakyat," kata mantan wakil gubernur Jawa Barat ini.