Ahad 27 Mar 2016 17:31 WIB

Tanah di Banjarnegara Terus Bergerak, Dua Rumah Rata dengan Tanah

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Achmad Syalaby
Tanah bergerak ilustrasi
Foto: Antara
Tanah bergerak ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Bencana longsor dan tanah bergerak yang terjadi di Desa Clapar Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, masih terus terjadi. Pada Sabtu (26/3) malam lalu, tanah seluas 5 hektare yang sudah bergerak sejauh 1,2 km sejak Jumat (25/3) dinihari, masih bergerak sejauh 1,5 meter.

Akibat pergerakan tanah terakhir ini, dua rumah permanen yang sebelumnya memang sudah mengalami kerusakan, langsung roboh rata dengan tanah. ''Dengan adanya dua rumah yang terakhir roboh, maka seluruhnya ada 14 rumah yang sudah roboh rata dengan tanah atau rusak berat,'' kata Kepala BPBD Banjarnegara, Catur Subandrio, Ahad (27/3).

Selain rumah yang mengalami kerusakan parah, ada juga rumah yang baru mengalami kerusakan parah atau belum terdampak tanah bergerak. Jumlah mencapai 48 rumah rusak cukup berat, 7 unit rumah rusak sedang dan 29 rumah rusak ringan. Sedangkan rumah warga yang terancam, sebanyak 98 rumah.

(Baca: Tanah Bergerak Pelan 1,2 Km, Puluhan Rumah Roboh).

Sementara mengenai kondisi jalan sarana transportasi yang melintas di Desa Clapar, kerusakannya juga semakin parah. Ruas jalan raya hotmix antara Kecamatan Madukara-Pagentan yang sebelumnya putus dan sempat diurug agar bisa dilalui kendaraan, kembali terputus. Demikian juga dengan ruas-ruas jalan akternatif yang lain.

Termasuk dua jalan darurat yang sebelumnya dibuat agar bisa terdapat akses menuju pemukiman, juga kembali terputus sehingga tidak bisa dilalui. ''Untuk sementara jalan yang terputus kita biarkan dengan kondisinya, tidak dilakukan perbaikan darurat. Kita tunggu hingga kondisi tanah benar-benar diam, baru nanti kita atasi,'' jelasnya.

Sementara, ruas jalan yang menuju pemukiman, Catur menyatakan pihaknya bersama warga dan relawan dari berbagai unsur, harus tetap melakukan perbaikan darurat. "Jalan menuju pemukiman ini penting, karena menjadi akses warga. Kalau tidak ada akses, anak-anak sekolah yang akan pergi sekolah ke luar desa atau warga lainnya, akan kesulitan. Termasuk juga untuk penyaluran logistik,'' katanya.

Dia menyebutkan ada sekitar 158 warga dari RT 01, RT 02, dan RT 03 di wilayah RW 01, yang diungsikan. Mereka menempati tempat pengungsian di SD Negeri Clapar. Mereka yang diungsikan merupakan  warga yang rumahnya mengalami kerusakan atau terancam mengalami kerusakan.

Sejauh ini, mereka tetap diminta untuk tinggal di pengungsian, hingga kondisi tanah menjadi stabil. ''Kondisi tanah masih terus bergerak. Apalagi curah hujan di sekitar lokasi bencana masih cukup tinggi,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement