REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hari ini, 24 Maret, diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof Subuh, saat ditemui di kantor Kementerian Kesehatan, Rabu (23/4), Indonesia termasuk ke dalam negara-negara dengan persebaran tuberkulosis tertinggi.
Penyakit ini disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, yang menyebar di udara. Bakteri ini umumnya hidup di tempat lembab, kumuh, dan berdebu. Subuh menjelaskan, tuberkulosis menular dari manusia ke manusia, tanpa perantaraan vektor hewan. Pengidap diharapkan memakai masker, minimal dua bulan pertama.
Subuh menuturkan, ada gambaran masa depan tuberkulosis yang tak diharapkan.
Ada tiga tingkat tuberkulosis, yang bergantung pada kekebalan bakteri terhadap obat. Pertama, drug susceptible tuberculosis. Bila pasien pada tingkat ini sabar dan konsisten menjalani pengobatan tak putus enam bulan lamanya, menurut Subuh, pasien bisa dinyatakan sembuh total.
Namun, bakteri tuberkulosis bisa kebal (resistent) terhadap obat bila pasien tidak menjalani program pengobatan secara tuntas. Kalau sudah demikian, maka pasien masuk ke tingkat kedua, yakni multi drug resistant (MDR). Pada tingkat kedua ini, persentase kesembuhan total hanya sekitar 50 sampai 70 persen. Program pengobatan yang mesti dijalani pun lebih lama dan "berat".
Bila pasien tingkat pertama menjalani program minum obat hingga enam bulan nonsetop, maka pasien MDR tuberkulosis bisa selama 18-24 bulan. Itu pun mesti disertai dengan obat suntik selama enam atau delapan bulan rutin setiap hari. Subuh mengungkapkan, biaya pengobatan bagi pasien tuberkulosis MDR bisa mencapai Rp 100 juta per pasien.
Tingkat yang terparah adalah XDR tuberkulosis. Bakteri yang hidup di dalam tubuh pasien pada tingkat ini sudah kebal terhadap baik obat yang diminum maupun obat suntikan. Harapan kesembuhan hanya mencapai 30 persen.
Karenanya, Subuh meminta pasien aktif tuberkulosis untuk menjaga kesibambungan pengobatan. Menurut data nasional Kemenkes, pada periode 2009-2015, ada 32.872 kasus terduga tuberkulosis MDR, 6.124 kasus terkonfirmasi tuberkulosis MDR, dan 4.579 kasus tuberkulosis MDR yang terobati.
Untuk tahun 2015, ada 15.246 kasus terduga tuberkulosis MDR, 1.840 kasus terkonfirmasi, dan 1.547 kasus tuberkulosis MDR yang diobati. Angka itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Pemerintah terus memperluas pelayanan kesehatan untuk tuberkulosis MDR. Hingga kini, ada 48 rumah sakit rujukan/sub rujukan tuberkulosis MDR. Kemudian, sebanyak 1.050 puskesmas satelit yang berada langsung di bawah kontrol RS rujukan.