REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan, para sopir taksi yang mengadakan aksi unjuk rasa pada Selasa (22/3) telah diperalat oleh pihak tertentu.
Pria yang akrab disapa Ahok itu berharap para sopir taksi jangan bertindak gegabah dan mudah terprovokasi. Ia meminta para sopir agar berpikir tenang dan tidak mudah dijadikan alat oleh pihak tertentu.
"Ini sopir taksi diperalat semua, yang aplikasi (Uber dan Grab) juga ambil untung orang asing. Makanya, saya juga minta para sopir taksi, jangan bodoh diperalat orang," katanya kepada wartawan di Balai Kota, Rabu (23/3).
Ahok menjamin, ke depannya faktor kesehatan dan pendidikan sopir serta keluarganya akan ditanggung. Apalagi, dalam waktu beberapa bulan ke depan nanti, ia optimistis jumlah ketersediaan unit rumah susun (rusun) akan bertambah usai selesainya pembangunan sejumlah rusun.
Di sisi lain, ia sadar jika banyak sopir tak ber-KTP DKI. Namun, ia tak akan melarang para sopir tersebut. Ia merasa para sopir taksi memilih bergabung dengan transportasi daring (online) karena keuntungannya lebih besar.
"Banyak sopir taksi KTP DKI enggak? Enggak juga, sekarang yang bawa aplikasi tadi Grab atau Uber, sopir taksi dari mana? Rata-rata juga sopir taksi yang resmi. Lalu, dia hitung nih. Saya sewa sama orang, mobil enam juta sebulan, saya untungnya lebih gede daripada bekerja di perusahaan taksi. Perusahaan taksi ribut, dia suruh pakai pul, itu risiko perusahaan taksi resmi. Kalau semua perusahaan taksi berubah dan enggak mau resmi lagi dan dia juga punya aplikasi ini, taksi Grab atau apalah gue bikin sendiri, boleh saja," ujarnya.
Sebelumnya, ribuan taksi berunjuk rasa di depan gedung DPR menuntut kesetaraan kewajiban dengan penyedia jasa transportasi daring. Namun, aksi unjuk rasa berujung bentrok dengan sejumlah pengemudi transportasi daring.