REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa pengemudi ojek motor berbasis aplikasi, GrabBike terpaksa melepas atribut yang mereka kenakan. Hal itu dilakukan karena mereka takut menjadi sasaran penyerangan pengemudi taksi dan angkutan umum yang melakukan unjuk rasa hari ini.
"Saya takut, dari pagi mengantar penumpang saya juga sudah tidak pakai jaket (GrabBike). Saya juga sudah minta izin penumpangnya kalau tidak pakai atribut," kata pengemudi GrabBike, Muhammad Hadi, Selasa (22/3).
Menurutnya, pada Senin (21/3) malam dirinya sudah mengetahui akan terjadi demo besar-besaran para pengemudi taksi hari ini. "Teman-teman (GrabBike) juga sudah kasih tahu lebih baik tidak usah pakai atribut dulu. Memang benar tadi kan sampai bentrok di kawasan Jenderal Sudirman," katanya.
Sementara itu, menurut pengemudi GrabBike lainnya, Denny, juga melepas jaketnya setelah mendapat info dari teman sesama pengemudi dan polisi. "Tidak masalah mereka demo-demo gitu tapi saya kesal banyak pengemudi (ojek aplikasi) yang diserang. Kita kan sama-sama cari rezeki mas," ujar Denny.
Ia pun berharap besok situasi sudah normal kembali dan dirinya juga bisa beraktivitas seperti biasa.
"Ya kalau hari ini kan tidak bisa bebas ke mana-mana, ada imbauan juga dari polisi jangan ke lokasi yang dekat-dekat demo," ucapnya.
Sebelumnya, ribuan pengemudi taksi yang menggelar unjuk rasa terlibat bentrok dengan ratusan pengemudi angkutan ojek berbasis-aplikasi, Go-Jek, di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa.
Menurut pantauan Antara, ketika ribuan pengemudi taksi berpindah unjuk rasa ke depan Istana Negara, tiba-tiba datang ratusan pengemudi Gojek dari arah jalan Merdeka Utara dengan konvoi motornya.
Pengemudi taksi yang terpancing melempari Gojek dengan batu dan barang keras lainnya.