REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Proses pembebasan lahan tol Semarang-Solo seksi III (ruas Bawen-Salatiga) tinggal menyisakan 7,3 persen dari total lahan yang harus dibebaskan. Kendati demikian, pembebasan lahan tersisa ini berjalan cukup alot sehingga bisa menyebabkan molornya pembangunan jalan tol ini.
Direktur Teknik dan Operasi PT Trans Marga Jateng (TMJ), Arie Irianto, menjelaskan alotnya pembebasan lahan tersebut cukup berpengaruh terhadap proses pekerjaan konstruksi yang sedianya sudah bisa dilaksanakan. "Oleh karena itu, kami terus melakukan berbagai pendekatan untuk segera merampungkan proses pembebasan lahan untuk ruas Bawen-Salatiga,” katanya, Selasa (22/3).
Ia menyebutkan, keseluruhan lahan yang tersisa sebesar 7,3 persen itu mencapai 44 bidang. Dari jumlah ini sebanyak lima persen di antaranya merupakan tanah kas desa (TKD) dan sisanya sebanyak 2,3 persen merupakan lahan milik warga. Khusus untuk lahan TKD, telah disepakati dengan kompensasi lahan produktif atas persetujuan Bupati Semarang.
Sedangkan untuk lahan warga, kata Arie, umumnya masih terkendala persoalan administrasi atau berkas kepemilikan lahan. Sebagian kecil warga juga belum sepakat terhadap harga yang ditawarkan pemerintah. “Untuk lahan milik warga, akan digunakan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum,” jelasnya.
Dijelaskan, saat ini Badan Pertanahan Nasional (BPN), selaku Panitia Pembebasan Tanah (P2T), bersama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tengah menyiapkan proses appraisal. Melalui langkah tersebut, ia optimistis proses penyelesaian pembebasan lahan untuk proyek tol ruas Bawen-Salatiga dapat segera terselesaikan.