Selasa 22 Mar 2016 17:03 WIB

35 Persen Warga tak Peroleh Air Bersih

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan menuliskan testimoni pada acara peringatan Hari Air Sedunia 2016 di Taman Hutan Raya IR. H. Djuanda, Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/3).
Foto: Antara/Novrian Arbi
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan menuliskan testimoni pada acara peringatan Hari Air Sedunia 2016 di Taman Hutan Raya IR. H. Djuanda, Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kesadaran warga akan tingginya nilai air bersih perlu ditingkatkan. Hal ini penting agar masyarakat semakin menjaga keberadaan sumber kehidupan tersebut.

Menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, saat ini banyak masyarakat yang tidak menghormati nilai air. Sehingga, ia tidak heran jika masih banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan air bersih. Padahal, jumlah air bersih di bumi ini tidak berubah signifikan seiring masih normalnya curah hujan.

"Tidak semua warga bisa mengakses air bersih. Ada sekitar 35 persen masyarakat kita yang tidak bisa mendapat air bersih," ujar Heryawan yang akrab disapa Aher saat memperingati Hari Air se-Dunia tingkat Provinsi Jabar, di Taman Hutan Raya Djuanda, Bandung, Selasa (22/3). 

Aher mengatakan, masih ada warga yang mengonsumsi air kotor berakibat pada rendahnya tingkat kesehatan warga. Sehingga, kesehatan mereka tidak terjamin. "Jangan-jangan kesehatan gratis tidak tepat. Asuransi kesehatan tidak tepat. Harusnya menjaga kesehatan dengan menjaga air bersih," katanya.

Oleh karena itu, Aher mengatakan meminta masyarakat mengubah perilaku agar tidak mengotori air bersih. Selain menjaga kawasan hulu sebagai lokasi mata air alami, masyarakat pun dituntut tidak mengotori aliran sungai dengan limbah dan sampah jenis apa pun.

Aher mengatakan, orang sekarang tidak lagi merasa berdosa ketika mengotori air. Padahal dosa besar hukumnya dalam konteks agama. Begitu juga, dalam konteks lingkungan itu pelanggaran besar. "Marilah kita berkomitmen menjaga air," katanya.

Saat ini, kata dia,  pihaknya terus berupaya menjaga ketersediaan air bersih. Salah satunya, melalui program Citarum Bestari yang langkah awalnya mensterilkan 20 kilometer pertama Sungai Citarum. Aher beharap, kebersihan air di sungai tersebut bisa terjaga. Bahkan, Aher menargetkan air di 20 kilometer pertama aliran Sungai Citarum bisa langsung diminum.

"Kamis (24/3) kami akan ngumpul dengan TNI untuk mengatasi Citarum. Harus ada gerakan semesta, semuanya harus terlibat," katanya.

(Baca Juga: Satu Miliar Orang Tedampak Krisis Air pada 2030)

Menurut Aher, dengan adanya upaya ini, diharapkan seluruh masyarakat akan tergugah untuk menjaga kebersihan air dan aliran sungai. Kalau Pemprov Jabar, berhasil membangun kultur, mengajak masyarakat untuk mengubah perilaku, kualitas air akan betul-betul terjaga.  "Manusia harus memahami nilai air dengan baik," katanya.

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jabar Eddy Iskandar Nasution. Menurutnya, kebutuhan manusia akan air bersih sangat besar. "Tak ada kehidupan tanpa air. Bahkan air ini komponen paling banyak di tubuh kita. Jadi memang tepat harus menghargai air," katanya.

Oleh karena itu, Eddy menilai penting peningkatan kesadaran masyarakat akan air bersih. "Agar ada kepedulian terhadap air. Jangan sampai menimbulkan bencana," katanya.

Eddy menyebut, seluruh pihak harus bekerja sama dalam menjaga sumber air bersih. Konservasi dan pelestarian sumber air harus menjadi perhatian utama. "Selain meningkatkan kerja sama antar badan pemerintah, sosialisasi ke masyarakat juga perlu," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement