Senin 21 Mar 2016 23:08 WIB

Kota Butuh RTH untuk Atasi Krisis Air Bersih

Rep: C32/ Red: Karta Raharja Ucu
 Pengunjuk rasa dari Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air (Kruha) beraksi teatrikal dalam rangka Hari Air Sedunia di Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (22/3). ( Republika/Aditya Pradana Putra)
Pengunjuk rasa dari Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air (Kruha) beraksi teatrikal dalam rangka Hari Air Sedunia di Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (22/3). ( Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Guru Besar Bidang Ekologi dan Manajemen Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Hadi Susilo Arifin menyatakan dalam mengatasi persoalan pentingnya air sebagai sumber kehidupan maka ada yang perlu diupayakan.

 

"Persoalannya, ketika musim hujan berlimpah air tapi menjadi banjir, lalu ketika musim kemarau setelahnya tetap saja kita kekurangan air," kata Hadi menanggapi Hari Air Sedunia akan diperingati Selasa (21/3) besok.

Ia menilai, kondisi tersebut memperlihatkan betapa pentingnya air yang sangat dibutuhkan untuk beragam hal. Terlebih, kata Hadi, kebutuhan air pertahun mencapai sekitar 2.000 meter kubik per kapita.

 

Menurut dia, tidak aneh ketika musim hujan berlimpah air namun saat kemarau malah kekurangan air. "Air yang ada di puncak terus digelontorkan saja turun hingga ke Jakarta, tidak ada resapan atau waduk untuk menampung air," ujar Hadi.

 

Hadi menjelaskan, untuk membuat waduk resapan tersebut maka perlunya ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbukan biru (RTB). Dengan begitu, menurut Hadi musim hujan tidak lagi menyebabkan banjir dan musim kemarau tidak kekurangan air.

 

Bersama sebelas peneliti lainnya dari IPB, Hadi akan mengajukan pembuatan waduk kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor mengenai pembangunanwaduk tersebut. "Untuk di Bogor sendiri, sekitar 12,4 km untuk di Kota Bogor saja akan dibuatkan waduk atau selokan menampung air," kata Hadi.

Nantinya, akan dibuat sebanyak 24 waduk yang ada di kanan dan kiri jalan sepanjang jalur untuk pengirim air dari puncak, Bogor, hingga Jakarta. Untuk di Kota Bogor saja, kata hadi, masing-masing sisi tersebut akan dibangun 12 waduk untuk menampung air.

“Jadi nanti kalau musim hujan, air nggak habis langsung ke Jakarta saja jadi sedah ada resapan lalu ketika musim kemarau tidak kekurangan air,” kata Hadi menjelaskan.

 

Hadi mengharapkan, dengan pembangunan waduk atau selokan tersebut membuat ketersediaan air tetap terjaga. Terutama, lanjut dia, untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, pertanian, peternakan, hingga perikanan dan seluruh aspek.

 

“Target kami lima tahun kedepan pembangunan teknologi waduk untuk meresap air tersebut bisa tercapai,” ucap Hadi. Selain itu ia berharap ada penguatan dukungan juga dari penegakan hukumnya, undang-undang, dan perijinan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement